20 Tahun Runtuhnya Tembok Berlin
9 November 2009Harian Inggris Times dalam tajuknya menulis:
"Dibutuhkan dua dasawarsa dan investasi yang sangat besar untuk membenahi 40 tahun kegagalan pemerintahan komunis. Sampai saat ini, angka pengangguran di Jerman bagian timur masih jauh lebih tinggi daripada di bagian barat. Tapi, Jerman bagian timur sekarang punya kebebasan. Dan siapa yang menyangka, bahwa suatu saat seorang anak perempuan dari keluarga pendeta asal Jerman Timur akan menjadi kanselir Jerman yang demokratis dan stabil.“
Harian Belanda Trouw berkomentar:
"Tembok yang memisahkan Berlin, perbatasan antara Jerman Barat dan Timur, tirai besi yang memisahkan Eropa Timur dan Barat, memang tidak bisa diselamatkan lagi. Eksperimen besar yang mau menciptakan taman firdaus ternyata gagal. Tembok yang bertujuan menghalangi kelinci-kelinci percobaan lari ke tempat lain, menjadi simbol bahwa komunisme dulu tidak berdiri di atas idealisme, melainkan berdasarkan pemaksaan."
Harian Italia La Reppublica menyoroti kota Berlin sebagai ibukota Jerman dan menulis:
"20 tahun kemudian, masa lalu penuh kesulitan itu hanya tinggal kenangan. Ibukota yang menjadi pusat peringatan ini, mencerminkan wajah santai sistem federal Jerman. Semua ini juga merupakan proses perubahan generasi. Siapa yang sekarang berusia 30 tahun, tidak merasakan lagi nostalgi sistem komunis. Dia juga tidak akan mengerti kecurigaan warga Jerman Barat terhadap warga Jerman Timur, atau sebaliknya. Dulu, kedua kelompok ini memang berbeda, dari cara berpakaian dan dari sikapnya. Sekarang, keduanya hampir tidak bisa dibedakan lagi.“
Harian Perancis Liberation berkomentar:
"Runtuhnya Tembok Berlin membawa perubahan besar pada abad yang lalu, dan masih tetap membentuk abad ini. Tapi setelah dua dekade, dunia juga tidak menjadi lebih pasti. Saat ini, dunia sedang menghadapi salah satu krisis terberatnya, yang muncul karena kapitalisme yang tidak terkendali. Sedangkan beberapa negara Eropa Timur, dan negara adidaya seperti Rusia dan Cina, kelihatannya belum menarik pelajaran dari runtuhnya tirai besi. Mereka tetap menempuh jalan otoriter dan melanggar hak asasi manusia. Di Timur tembok sudah runtuh. Tapi masih ada tembok-tembok lain, di Meksiko, di Palestina dan di tempat lain, yang suatu harus diruntuhkan dengan kegembiraan.“
Harian Denmark Politiken dalam tajuknya mengingatkan:
"20 tahun runtuhnya Tembok Berlin patut diperingati dengan meriah. Namun peringatan itu hendaknya digunakan juga untuk merenung kembali, apa yang masih kurang dalam menyatukan Eropa. Persaingan ideologi sudah berakhir, tapi visi masa depan atas nama kebebasan tetap belum ada. Runtuhnya Tembok Berlin memberi kesempatan untuk internasionalisme baru. Tapi yang muncul adalah regionalisme baru.
HP/YF/dpa/afp