40,8 Juta Mengungsi Internal Akibat Perang
11 Mei 2016
Jumlah orang yang jadi pengungsi internal meningkat hingga mencapai rekor 40,8 juta orang di tahun 2015. Demikian laporan bersama yang diterbitkan Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) dan Pusat Monitor Pengungsi Internal (IDMC) yang berkantor di Jenewa.
"Ini jumlah yang paling tinggi yang pernah tercatat," kata Jan Egeland, Sekretaris Jenderal NRC.
Tahun lalu 8,6 juta orang menjadi pengungsi internal baru. Hampir separuhnya berasal dari zona-zona konflik di Irak, Suriah dan Yaman. Carsten Hansen, direktur regional Timur Tengah pada NRC mengungkap, saat perhatian dunia terarah pada gelombang pengungsi yang pergi dari kawasan itu, jutaan orang lainnya jadi pengungsi di dalam negeri.
Menurutnya, jumlah pengungsi internal di Suriah bertambah 1,3 juta dan di Irak 1,1 orang. Itu hanya jumlah pengungsi internal baru. Sementara jutaan orang lainnya sudah jadi pengungsi dalam tahun-tahun sebelumnya akibat konflik yang tak kunjung henti.
Yaman catat rekor terburuk
Menurut laporan bersama IDMC dan NRC, Yaman adalah negara yang catat rekor terburuk terkait pengungsi internal. 2,2 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka sebagai akibat serangan udara Arab Saudi. Tahun lalu, Arab Saudi dan beberapa negara Teluk melancarkan operasi militer dan blokade ekonomi terhadap pemberontak Houthi di negara itu. Perang menyebabkan bencana besar kemanusiaan.
Sementara itu Program Pangan Dunia menyatakan, lebih dari 60 juta orang di dunia terpaksa lari akibat kekerasan atau pengejaran, dan sekarang jadi pengungsi baik di luar negeri atau di negara sendiri. Badan internasional itu juga mengungkap, hampir 90% dari seluruh pengungsi di dunia berada di negara berkembang.
Mengungsi ke Eropa
Lebih dari 1 juta pengungsi yang mencapai Eropa tahun lalu ibaratnya hanya puncak gunung es dari pengungsian global. Situasi pengungsi internal bisa bertahan bertahun-tahun, sebelum akhirnya tak terbendung lagi dan menjadi beban bagi negara lain.
"Sementara negara kaya dan stabil mencari jalan untuk menahan pencari suaka di luar batas wilayah mereka dan menolak menjaga keamanan mereka, jutaan tetap terperangkap di negara mereka sendiri sementara maut mengintai dari dekat." Demikian Carsten Hansen dari NRC.
Sejauh ini Uni Eropa berupaya memberikan bantuan dan sokongan bagi pengungsi yang berada di Turki. Jumlah yang ditampung di sana sekitar 3,1 juta, dan 2,7 berasal dari Suriah.
Dengan sokongan dana dari Eropa, 2012 Program Pangan Dunia (WFP) dan Bulan Sabit Merah di Turki mulai membagikan kartu e-Food bagi pengungsi. Dengan cara itu, pengungsi tidak mendapat bantuan makanan yang sudah ditentukan menunya, melainkan bisa memilih sendiri bahan yang ingin dibeli dan memasak sendiri.
Uni Eropa sejak beberapa bulan lalu berusaha merumuskan kerja sama dengan Turki untuk mengatasi pengungsi yang membludak datang ke Eropa. Namun perkembangan terakhir di Turki, berupa pengunduran diri Perdana Menteri Ahmet Davutoglu 5 Mei lalu dari jabatan ketua Partai AKP, dikhawatirkan mengancam hasil pembicaraan yang sudah tercapai selama ini.
Harian Jerman Bild bahkan melaporkan, Uni Eropa mulai mencari alternatif baru dan membuat rencana baru secara diam-diam. Laporan tersebut disangkal pemerintah Jerman.
Pengungsi internal di kawasan lain dunia
Lima negara, yaitu Colombia, Republik Demokratik Kongo, Irak, Sudan dan Sudan Selatan, termasuk 10 negara yang memiliki pengungsi internal selama lebih dari satu dekade.
"Ini adalah bukti berikutnya, bahwa tidak adanya bantuan bagi pengungsi internal menyebabkan pengungsi berlarut-larut sampai bertahun-tahun dan bahkan beberapa dekadi," ungkap direktur IDMC, Alexandra Bilak.
Menurut laporan IDMC dan NRC, bencana alam juga telah menyebabkan 19,2 juta orang terpaksa mengungsi di negara sendiri tahun lalu. Jumlah terbesar tercatat di India, Cina dan Nepal.
ml/as (twitter, dpa, rtr, afp)