Adakah manfaat konferensi internasional PBB?
9 Maret 2013
Konferensi internasional PBB biasanya menjadi sorotan media massa. Ribuan delegasi, wakil pemerintahan dan aktivis berkumpul untuk membahas solusi masalah politik dan sosial global. Tak hanya peserta, jumlah wartawan yang menghadiri konferensi internasional juga tidak tanggung-tanggung. Tugas mereka: menyebar secara langsung informasi mengenai kegagalan atau keberhasilan konferensi kepada masyarakt luas.
Tapi sering kali keberhasilan yang dicapai sangat minim. Contoh yang sering dikutip misalnya konferensi iklim global. Konferensi ini digelar setahun sekali sejak tahun 1995. Tujuannya: mengatasi dampak perubahan iklim. Apa sebenarnya hasil dari konferensi iklim selama ini?
Kebijakan ekonomi mendikte politik iklim
Dalam kerangka Protokol Kyoto dari tahun 1997, negara industri diharuskan memangkas emisi gas rumah kacanya sebesar lima persen sampai tahun 2012. Tapi dua negara penghasil gas rumah kaca terbesar saat itu, yaitu AS dan Rusia, tidak merasa bertanggung jawab.
Sampai hari ini, kedua negara tersebut tidak meratifikasi Protokol Kyoto. Dua tahun lalu, Jepang dan Kanada keluar dari perjanjian itu. "Alasan mereka untuk keluar dari Protokol Kyoto kemungkinan besar adalah alasan ekonomi", duga Philipp Bedall, aktivis iklim dari Berlin.
Lemahnya kemauan politik
Meski hasilnya minim, tapi konferensi PBB tetap dinilai bermanfaat. "Tentu saja, hasilnya seharusnya lebih baik, tapi saat ini tidak ada alternatifnya," kata Nina Netzer, pakar globalisasi Yayasan Friedrich-Ebert. Henning Wüster dari Sekretariat "Green Climate Fund" kantor iklim PBB berpendapat sama. Konferesi internasional adalah wadah bagi lembaga dan organisasi untuk memperkenalkan agendanya. "Dan ini adalah dasar bagi wakil-wakil pemerintahan, untuk mendorong kerja sama internasional," tambah Wüster.
Sering kali hasil konferensi internasional jauh dari harapan karena kurangnya kemauan politik negara peserta, demikian dijelaskan Manfred Treber, pakar iklim LSM "Germanwatch". "Masalahnya bukan PBB, tapi pemerintahan negara peserta konferensi. Kalau pemerintah di Washington, Moskow, Beijing, Tokyo atau Berlin punya agenda berbeda, hasilnya tentu nihil". Karena pada akhirnya, keberhasilan dari suatu konferensi internasional tetap terletak di tangan negara peserta.
Hanya janji kosong
Salah satu contoh konferensi yang bisa dikatakan gagal menurut sejumlah pakar adalah konferensi iklim di Kopenhagen tahun 2009. Salah satu hasil konferensi adalah kesepakatan bahwa negara berkembang akan menerima suntikan dana tambahan dari negara industri untuk menggenjot ekonomi dengan emisi gas rumah kaca rendah.
Tapi kesepakatan ini tidak pernah terlaksana. "Negara industri secara sepihak mengalokasi dana yang tadinya adalah dana bantuan kerja sama pembangunan. Mereka tidak memberi dana tambahan. Ini menghancurkan rasa percaya negara berkembang."
Konferensi PBB hanya dapat berhasil, jika negara peserta menunjukkan kemauan untuk memenuhi kesepakatan yang dicapai bersama. Harapan bahwa suatu konferensi internasional dapat menghentikan dampak perubahan iklim global misalnya, itu terlalu muluk dan berlebihan, kata Treber.
Tujuan konferensi internasional iklim yang sesungguhnya adalah: "Konferensi ini merupakan isyarat kuat adanya kemauan untuk setidaknya membahas masalah perubahan iklim. Masyarakat dunia hendak disadarkan dengan pesan, ini adalah masalah bersama."