Air Bersih Makin Langka
15 Maret 2010Tidak banyak yang tahu, bahwa sebenarnya yang hanya dapat diminum hanya 2,5% nya saja. Cadangan air yang ada di planet ini sejak jutaan tahun lamanya, semakin lama semakin cepat habis atau sudah begitu tercemar, sehingga tidak layak lagi untuk digunakan.
Dampak dari industrialisasi dengan pembuangan limbah dan wilayah-wilayah tinggal yang padat di sekelilingnya adalah pencemaran air. Sebuah pengalaman pahit yang sejak sepuluh tahun lamanya membuat geram mantan Menteri Pertambangan dan Energi Kuntoro Mangkusubroto. Kepada media asing, ia mengomentari keadaan sungai Citarum, yang terletak di Jawa Barat:
„Kita tidak perlu melihat airnya, cukup dengan mencium baunya saja kita sudah tahu bahwa sungai ini sudah sangat terkontaminasi. Airnya hitam. Di dalamnya ada banyak segala macam sampah, plastik, kaleng, dsb. Sungai ini sudah seperti tempat sampah. Tidak perlu jadi orang pintar untuk mengetahui bahwa kwalitas air sungai Citarum sangat buruk!“
Kuntoro Mangkusubroto yang mendirikan sebuah organisasi untuk mengusahakan penyelamatan Sungai Citarum ini menambahkan: „Di Ciparay, sebuah kota kecil di daerah Bandung yang dekat dengan sumber airnya, orang masih dapat meminum air dari sungai Citarum setelah dimasak sampai matang. Tetapi setelah Bendungan Saguling, bendungan pertama dari dari tiga bendungan yang dibangun sepanjang sungai ini, orang sudah bisa melihat bahwa semua sampah dari Bandung mengalir di sungai ini. Dari baunya saja sudah ketahuan.“
Dengan berkembangnya pusat industri tekstil di Bandung, limbah dari kota, kawasan industri serta pertanian dialirkan begitu saja ke sungai. Padahal sungai Citarum memasok 80% air minum di ibukota Jakarta. Sudah bertahun-tahun lamanya Citarum ditetapkan sebagai sungai terpolusi di dunia, yang hampir seluruh permukaannya tertutupi sampah.
Saat ini pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Bank Pembangunan Asia ADB telah memulai sebuah proyek pembersihan sungai Citarum. Biayanya diperkirakan mencapai 500 juta dolar AS.
Wakil Presiden Bank Pembangunan Asia, Ursula Schäfer-Preuss, menyatakan bahwa secara umum, investasi untuk sektor air adalah bagian dari tugas utama bank-bank pembangunan, tidak hanya di kota tetapi juga di desa-desa: „Kami melakukan banyak investasi di sektor air. Apabila kita membiayai program irigasi dan pembuangan air, manfaatnya harus dapat dirasakan oleh para petani, sampai kepada petani-petani kecil. Tentu saja adalah merupakan tanggungjawab dari pemerintahan dan departemen-departemen yang terkait, bahwa investasi infrastruktur yang kami dukung untuk penyediaan air, irigasi, dan pembuangan air ini, hasilnya dapat dirasakan sampai konsumen terkecil sekalipun.“
Sampah pembuangan, limbah dan fasilitas-fasilitas industri menghasilkan bahan-bahan berbahaya yang menyelinap dalam daur kehidupan. Lebih dari satu milyar orang tidak memiliki akses untuk air bersih untuk minum, hampir 2,5 milyar orang tidak memiliki sistem sanitasi yang layak. Di seluruh dunia lebih dari 5000 anak-anak setiap harinya meninggal dunia akibat kotornya lingkungan dan pencemaran air.
Produksi industri seharusnya tidak hanya memikirkan penjualan hasil produksinya belaka, melainkan juga wajib memperhatikan lingkungan hidup.
Helle Jeppesen / Ayu Purwaningsih
Editor : Hendra Pasuhuk