Air Tanah di Fukushima Terkontaminasi
19 Juni 2013Dua tahun setelah hancurnya reaktor nuklir di Fukushima akibat gempa dan tsunami, Rabu (19/06/13) perusahaan yang mengelola reaktor tersebut, Tokyo Electric Power Company (TEPCO) mengatakan, mereka menemukan kandungan tinggi strontium pada sampel air tanah yang dikumpulkan dan juga hidrogen isotop tritium yang mencapai delapan kali lebih banyak dari kadar yang dibolehkan.
Manajer TEPCO Toshihiko Fukuda dalam konferensi pers di Tokyo mengatakan, pihaknya tidak yakin strontium-90 telah merembes melalui tanah dari fasilitas tepi pantai menuju laut.
Sampel air tanah diambil dari luar reaktor No. 2 yang mengindikasi pelonjakan 100 kali lipat kandungan strontium-90 antara Desember 2012 dan Mei tahun ini. Level peningkatan 30 kali lebih besar yang batas yang diijinkan.
Sistem Pendingin Gagal
Tsunami besar menyebabkan kerusakan pada tiga reaktor bulan Maret 2011 saat listrik dan sistem pendingin tidak lagi berfungsi. Para pekerja memenuhi reaktor dengan air, sehingga TEPCO kesulitan menangani cairan yang terkontaminasi dan mencari cara untuk membuangnya.
Pondasi beton dan lapisan baja seharusnya membatasi penyebaran cairan yang terkontaminasi. Tapi para pengeritik mengatakan, upaya membenahi kolam penyimpanan dan tangki yang dilakukan dengan berbagai improvisasi menjadikan Fukushima rentan akan kegagalan.
Nelayan Khawatir
Penemuan TEPCO sepertinya akan mempersulit permohonan mereka untuk mengalirkan air dengan kadar radiasi rendah ke Samudera Pasifik. Hal yang sebenarnya juga sudah ditolak oleh para nelayan lokal.
Pakar nuklir kimia Michiaki Furukawa dari Universitas Nagoya mengatakan air yang terkontaminasi seharusnya tidak dialirkan ke laut, karena potensi dampak negatif terhadap kehidupan maritim dan bagi manusia yang mengkonsumsi seafood.
"Mereka harus menampungnya di suatu tempat, supaya tidak bisa keluar dari lokasi reaktor," ujar Furukawa.
Puluhan ribu warga dipaksa meninggalkan rumah dan tempat pekerjaan saat bencana reaktor terjadi dua tahun lalu. Hingga kini masih banyak warga yang belum memiliki tempat tinggal baru. Secara resmi tidak ada korban yang tewas sebagai dampak langsung kerusakan reaktor. Gempa bumi dan tsunami di Jepang tahun 2011 menelan korban tewas lebih dari 18.000 orang.
vlz/hp (afp, rtr)