Akses Atas Kontrasepsi Bisa Tingkatkan Kehidupan Seksual
29 Januari 2016Hasil riset yang dipaparkan pada Konferensi Internasional tentang Keluarga Berencana di Nusa Dua, Indonesia tahun 2016, tim peneliti dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health (JHSPH) mengatakan, bahwa perempuan usia subur dalam pernikahan yang menggunakan alat kontrasepsi tiga kali lebih mungkin punya hubungan seksual yang rutin, daripada perempuan yang tidak menggunakan kontrasepsi.
"Kami ingin agar perempuan memiliki kehidupan seks yang lebih baik, lebih sehat, dan lebih aman, yaitu dengan memisahkan seks dari kehamilan dan kelahiran anak. Alat kontrasepsi bisa membantu," kata Suzanne Bell MPH, pemimpin riset dari Johns Hopkins Bloomberg School.
"Mengetahui seberapa sering perempuan melakukan kegiatan seks - dan apa peran alat kontrasepsi dalam hal itu, dapat memberi kita pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana memenuhi tujuan keluarga berencana," lanjut Bell.
Analisa Survei Demografi
Untuk studinya, Bell dan rekannya David Bishai, MD, PhD, profesor di Bloomberg School, menganalisa hasil Survei Demografi dan Kesehatan yang dilaksanakan tahun 2005 pada lebih dari 210.000 perempuan usia subur di 47 negara.
Pertanyaan yang diajukan antara lain, apakah mereka pernah melakukan hubungan seksual selama empat minggu sebelumnya, dan apakah mereka menggunakan alat kontrasepsi.
Dari perempuan yang sedang menggunakan alat kontrasepsi, 90 persen melaporkan melakukan hubungan seks dalam empat minggu terakhir. Sedangkan perempuan yang tidak menggunakan kontrasepsi, hanya 72 persen menyatakan berhubungan seks dalam empat minggu terakhir.
Mereka yang paling mungkin sering melakukan hubungan seks dengan pasangannya adalah perempuan antara usia 20 dan 29, perempuan dengan pendidikan lebih tinggi, dan mereka yang ingin memiliki anak dalam dua tahun ke depan.
Masih ada kendala dan misinformasi
Suzanne Bell juga mengatakan, frekuensi hubungan seks meningkat, dengan meningkatnya akses terhadap alat kontrasepsi. Tapi diakui masih banyak perempuan juga yang memiliki hambatan menggunakannya.
Alasannya antara lain karena tidak punya akses kepada alat kotrasepsi. Atau kekhawatiran tentang efek samping yang bisa berdampak pada kesehatan. Menurut para peneliti, sering juga ada informasi salah tentang dampak samping alat kontrasepsi. Banyak perempuan misalnya percaya, alat kontrasepsi dapat menyebabkan kanker atau kemandulan.
Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa perempuan yang tidak dapat atau tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi kemudian mereduksi frekuensi hubungan seks untuk mengurangi risiko kehamilan. Tetapi banyak juga perempuan yang melaporkan, mereka tidak menggunakan kontrasepsi karena mereka memang jarang berhubungan seks, bukan sebaliknya.
Bicarakan seks lebih terbuka
Bell mengatakan bahwa sebelum kontrasepsi modern digunakan secara luas di Eropa dan Amerika Serikat, pasangan-pasangan yang menikah sudah berusaha menurunkan resiko kehamilan dengan cara-cara tradisional.
"Kita perlu menempatkan seks dalam percakapan tentang keluarga berencana untuk memahami faktor-faktor apa yang memengaruhi keputusan seorang perempuan untuk menggunakan alat kontrasepsi atau tidak," kata Bell.
Presiden Joko Widodo menekankan, menghadapi tantangan kehidupan yang semakin berat dan permasalahan kompleks diperlukan kualitas hidup yang baik. Hal itu akan dimulai dari ibu yang sehat yang akan melahirkan anak yang sehat, sehingga dapat melahirkan generasi yang sehat, berkualitas serta berbudi luhur.
Selanjutnya Preiden mengatakan, pelaksanaan program keluarga berencana memberi manfaat besar bagi terbentuknya generasi muda yang berkualitas yang pada gilirannya akan mendorong terwujudnya tujuan pembangunan dan membawa kemakmuran dan kesejahtetaan dunia.
hp (rtr, www.jhsph.edu)