Aktivis Hong Kong Joshua Wong Divonis 10 Bulan Tambahan
6 Mei 2021Aktivis Hong Kong Joshua Wong, dijatuhi hukuman tambahan 10 bulan penjara lagi, karena berpartisipasi dalam "pertemuan tidak sah" pada 4 Juni 2020, untuk memperingati penindasan terhadap pengunjuk rasa di sekitar Lapangan Tiananmen, Beijing, pada 1989.
Itu adalah pertama kalinya acara peringatan tersebut dilarang di Hong Kong, atas alasan pembatasan pertemuan kelompok di masa pandemi COVID-19. Pada Juni 2020, puluhan ribu orang menyalakan lilin di seluruh kota dalam aksi damai memperingati insiden Tiananmen 1989.
Peringatan insiden penindasan Tiananmen dilarang di Cina daratan, tetapi Hong Kong secara tradisional setiap tahun mengadakan acara besar secara global terkait insiden itu.
Wong yang berusia 24 tahun, saat ini mendekam di penjara setelah dinyatakan bersalah berpartisipasi dan mengorganisir kerumunan massa tidak sah selama protes masal pro-demokrasi 2019. Dia dan 46 aktivis lainnya menghadapi dakwaan berdasarkan undang-undang keamanan nasional Hong Kong.
Pada Kamis (06/05), mereka dijatuhi hukuman tambahan di Pengadilan Distrik. Hukuman 15 bulan dikurangi menjadi 10 bulan karena pengakuan bersalahnya.
Siapa lagi yang divonis penjara?
Sebelumnya, pengadilan juga menjatuhkan vonis hukuman terhadap beberapa tokoh dan aktivis yang mendukung gerakan pro-demokrasi Hong Kong, salah satunya adalah taipan media Jimmy Lai. Dia divonis hukuman satu tahun penjara.
Hakim Stanley Chan juga menghukum Lester Shum, Jannelle Leung dan Tiffany Yuen, dengan hukuman antara empat hingga enam bulan penjara. Dua puluh orang lainnya yang menghadapi dakwaan terkait peringatan insiden Tiananmen dari Juni lalu akan dihadirkan di pengadilan pada 11 Juni.
"Kebebasan berkumpul bukan berarti tidak terbatas," kata Chan.
Peringatan itu menjadi acara yang sangat sensitif di Hong Kong tahun lalu. Berlangsung tepat ketika Cina bersiap memberlakukan Undang-undang Keamanan Nasional baru yang dapat menghukum apa pun yang dilihat Cina sebagai subversi, pemisahan diri, terorisme atau kolusi dengan pasukan asing, dengan tuntutan hingga seumur hidup di penjara.
Wong sebelumnya telah dijatuhi hukuman 13,5 bulan penjara pada Desember lalu atas dakwaan unjuk rasa anti-pemerintah yang dianggap melanggar hukum pada 21 Juni 2019. Ia juga dijatuhi hukuman tambahan empat bulan penjara karena berpartisipasi dalam "protes tidak sah" pada Oktober 2019, serta dianggap melanggar aturan penggunaan masker wajah.
Saat di penjara, Wong kembali dituduh melanggar undang-undang keamanan baru yang diberlakukan pada Juli 2020. Dia dianggap mengambil bagian dalam pemungutan suara tidak resmi untuk memilih kandidat oposisi untuk pemilihan yang ditunda. Pihak berwenang menggambarkannya sebagai "rencana jahat‘‘ merencanakan untuk "menggulingkan" pemerintah.
Penghargaan untuk jurnalis Hong Kong
Sementara di satu sisi renteten hukuman dijatuhkan oleh otoritas Hong Kong kepada para aktivis pro-demokrasi, di sisi lainnya sejumlah wartawan dianugerahi penghargaan, atas karya mereka terkait aksi pro-demokrasi di Honhg Kong. Jurnalis Hong Kong, Bao Choy yang dituntut karena menyelidiki serangan terhadap pendukung demokrasi oleh loyalis pemerintah, memenangkan hadiah pers bergengsi pada Kamis (06/05).
Bao Choy yang mantan produser kantor berita publik Hong Kong RTHK, dinyatakan bersalah bulan lalu atas tuduhan "secara sengaja membuat pernyataan palsu" untuk mengakses catatan kepemilikan plat nomor. Kelompok pembela kebebasan media menganggapnya sebagai serangan terhadap jurnalisme kepentingan publik.
Pada Kamis (06/05), Choy dan lima rekannya memenangkan penghargaan dokumenter berbahasa Mandarin dalam ajang Penghargaan Pers Hak Asasi Manusia (Human Rights Press Awards) tahunan untuk karya mereka "Who Owns the Truth?".
Para juri memuji film dokumenter RTHK karena "mengejar petunjuk terkecil, menginterogasi yang berkuasa tanpa rasa takut atau bantuan", dan menggambarkan film dokumenter berdurasi 23 menit itu sebagai "pelaporan investigasi klasik".
Sementara, Koresponden DW di Cina, Mathia Bölinger, juga mendapat anugerah dalam penghargaan tersebut. Dia membuat video dokumenter yang menghabiskan waktu pengerjaan selama empat tahun tentang Wang Li Wenzu, aktivis sekaligus istri dari Wang Quanzhang seorang pengacara yang ditahan oleh otoritas Cina. Negara itu menangkap lebih dari 200 pengacara dan pembangkang.
Liputan berjudul ‘'The Dissident's Wife'' itu disebut oleh juri memberikan gambaran, ‘'Profil yang intim dan dieksekusi dengan baik yang ‘menyentuh' jantung sistem hukum China.
pkp/as (Reuters, AFP)