Amerika Kehilangan Kompas Moral?
4 Desember 2014Amerika marah. Ribuan demonstran turun ke jalanan di New York. Sebuah langkah tepat. Jika tidak, maka praduga buruk akan makin kencang, bahwa warga Amerika sudah kehilangan kompas moral mereka. Pasalnya, kembali seorang polisi kulit putih membunuh warga Afro-Amerika gara-gara perkara sepele.
Lagi-lagi pengadilan membebaskannya dari tuduhan melakukan pembunuhan. Tersangka pelaku, polisi New York Daniel P bersama petugas penjaga ketertiban lainnya, dituduh menganiaya dan mencekik korban, Eric Garner (43) seorang warga kulit hitam berpenyakit asthma, yang meninggal beberapa menit kemudian.
Rekaman gambar kebrutalan polisi New York itu bisa dilihat semua orang lewat layar TV atau media sosial. Betapa mirisnya menyaksikan aksi kekerasan tersebut dan terutama saat mendengar suara Garner "saya tidak bisa bernafas".
Garner tidak bersenjata. Secara fisik, ia juga tidak bisa melawan polisi yang mengepungnya dan secara keroyokan menghempaskan tubuhnya yang berbobot 150 kilo ke tanah. Memang polisi tidak tahu bahwa korban menderita asthma. Tapi itu bukan alasan. Tidak ada satupun undang-undang yang membenarkan tindakan brutal semacam itu. Yang lebih mencengangkan lagi adalah vonis juri yang membebaskan tersangka pembunuh.
Tapi kasus tindakan brutal polisi semacam itu adalah keseharian di Amerika. Ratusan pengaduan kekerasan oleh polisi diajukan warga. Namun, jika kita lihat kasus paling aktual, bahwa polisi Daniel P dibebaskan dari tuduhan pembunuhan akibat kelalaian, kita tahu persis bagaimana nasib ratusan pengaduan lainnya. Pasti mendarat di tempat sampah.
Paling tidak, dalam kasus New York beberapa politisi lokal menuntut proses pengusutan oleh kejaksaan federal. Tapi sekali lagi, terlihat bahwa para politisi puncak di Amerika mandul dan tidak becus. Contoh paling nyata adalah Gunernur New York Andrew Cuomo yang menolak tegas pemeriksaan ulang bukti oleh pengusut khusus.
Juga Presiden Barack Obama tidak menunjukkan dirinya sebagai figur panutan. Setelah kasus Ferguson, ia menuntut polisi memakai kamera tubuh. Tujuannya, agar kebrutalan polisi berkurang.
Tapi realitanya, polisi dengan tenang melanjutkan aksi brutal di tengah kota New York. Mereka tidak mempedulikan puluhan pejalan kaki yang merekam aksi penangkapan itu dengan smartphone. Dan tersangka pelaku juga dibebaskan. Artinya, bisa diduga aksi brutal polisi Amerika akan terus berlanjut.