Frustasi Walaupun Merkel Menang
24 September 2017Walaupun menang, jumlah pemilih Partai Kristen Demokrat (CDU) dalam pemilu kali ini adalah yang paling sedikit sejak 1949. Sehingga kata-kata Kanselir Angela Merkel (CDU) terdengar seperti menantang dan tidak menerima kenyataan, ketika ia mengatakan, "tidak ada pemerintahan yang bisa dibentuk untuk melawan kita."
Baca juga: Hasil Mengejutkan Pemilu Jerman 2017
SPD jadi oposisi
Partai Kristen Demokrat (CDU) dan rekan afiliasi Kristen Sosialis (CSU) kehilangan banyak pemilih, dan sebagian besar dari mereka beralih ke FDP. Banyak pemilih CDU/CSU sekarang juga beralih ke partai ultra kanan AfD. Pada saat bersamaan CDU/CSU tidak bisa memobilisasi kaum muda.
Kehilangan yang diderita kedua partai itu terutama diakibatkan kegagalan CSU di Bayern. Ketua partai CSU Horst Seehofer sudah menyatakan malam kemarin, partainya semakin bergerak ke kanan. Tahun depan, di negara bagian Bayern akan ada pemilu tingkat negara bagian.
Kehilangan besar yang diderita SPD menyebabkan Angela Merkel kehilangan partai yang jadi koalisinya selama ini. Segera setelah diumumkannya hasil penghitungan cepat, pimpinan SPD menyatakan berakhirnya koalisi dengan CDU.Baca juga: Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Partai di Jerman
Koalisi "Jamaika" jadi salah satu kemungkinan
Kalau dihitung secara matematis, yang mungkin hanya koalisi yang disebut Jamaika, karena seperti warna bendera negara itu, yaitu koalisi yang terdiri dari CDU, Partai Liberal FDP dan Partai Hijau. Di tingkat pemerintah federal, koalisi ini belum pernah terwujud. Dan sekarang sudah jelas, perundingan akan sulit dan perlu waktu lama. FDP dan Partai Hijau sudah sejak lama tidak saling menyukai. Tapi koalisi Jamaika di negara bagian Schleswig-Holstein bisa jadi panutan.
Untuk pertama kalinya sejak enam dasa warsa lalu parlemen baru nantinya akan terdiri dari enam fraksi. Ketika kedua partai besar, CDU dan SPD, kehilangan banyak suara, empat partai kecil dapat tambahan suara. Yang bertambah paling banyak adalah AfD, partai ultra kanan yang mendapat lebih dari 13%. Di Bundestag, mereka akan jadi kekuatan ketiga terbesar. Walaupun partai kecil lainnya, yaitu FDP, Partai Kiri dan Partai Hijau dapat suara lebih banyak dibanding pemilu lalu, mereka jelas tidak sekuat AfD.
Baca juga: Parpol Kecil di Jerman Berebut Posisi Ke-3
Frustasi dengan Koalisi Besar
Kehilangan pemilih yang diderita CDU dan SPD ibaratnya pukulan telak terhadap koalisi dua partai besar yang dinilai tidak berfungsi. Masa di mana kedua partai itu berada di pusat dunia politik dan mengarahkan langkah politik Jerman rupanya sudah berakhir. Sebagai perbandingan, tahun 1987 koalisi besar mendapat 81% suara pemilih. Tahun 2017 hanya 54 persen.
SPD dituduh ibaratnya macan ompong jika menghadapi Merkel. Selain itu mereka katanya tidak punya profil. Koalisi besar, di mana SPD jadi mitra junior tidak pernah jadi pilihan ideal SPD. Oleh karena itu partai segera menarik diri ke bangku oposisi.
"Vonis" atas koalisi CDU dan SPD, yang dijatuhkan walaupun ekonomi Jerman terus berkembang dan angka pengangguran rendah menunjukkan ketidakpuasan di sektor-sektor lain. Misalnya haluan dalam masalah pengungsi, juga politik dana pensiun dan tak jelas bagi banyak orang.
Partai ultra kanan AfD jadi tantangan
Setelah partai itu berhasil jadi anggota di hampir semua parlemen negara bagian, kini mereka juga berhasil terwakili di parlemen Jerman, Bundestag. Di wilayah yang dulu termasuk Jerman Timur, AfD bahkan jadi kekuatan kedua terbesar. Bagi kaum pria di sana, AfD adalah pilihan pertama.
Walaupun baru kali ini ikut dalam pemilu, partai itu kini jadi kekuatan ketiga terbesar di parlemen Jerman. Menurut hasil jajak pendapat, sekitar 60% pemilih AfD menyatakan memilih partai ultra kanan itu sebagai protes terhadap partai-partai lainnya. Orang-orang yang memilih AfD karena keyakinan sebenarnya hanya sedikit. Tapi segera setelah hasil penghitungan cepat diumumkan, calon utamanya, Alexander Gauland menyatakan ia dan pendukungnya akan "memburu" Ibu Merkel.
Penulis: Volker Wagener (ml/vlz)