Apakah Militer Jerman Perlu Dikerahkan Bantu Israel?
8 Agustus 2024Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius (SPD) akhir Juli lalu berkunjung ke Hawaii, mengamati keterlibatan dua kapal perang Jerman dalam latihan militer pimpinan AS yang dinamakan Rim of the Pacific (RIMPAC).
Sampai di Hawaii pun, isu konflik Timur Tengah masih mengikutinya. Ketika ditanya koresponden DW tentang tanggapannya atas eskalasi antara Israel, Hamas, dan Iran dan potensi serangan besar, Boris Pistorius menjawab singkat "Kita tidak membutuhkan hal itu. Kita tidak menginginkan hal itu."
"Hal ini perlu dicegah, karena tidak seorang pun dapat mengharapkan atau bahkan membayangkan eskalasi lebih lanjut di kawasan ini,” katanya. "Kita harus melakukan segalanya untuk mengembalikan perdamaian di wilayah itu secepat mungkin.”
Di Jerman, sejak lama sudah ada perdebatan di kalangan politik, apakah militer Jerman Bundeswehr perlu dikerahkan membantu Israel, jika Iran benar-benar menyerang. Selama ini, Jerman telah memasok senjata ke Israel dan mendukung negara itu di banyak bidang lainnya, namun gagasan untuk mengerahkan pasukan belum pernah jadi opsi. Pemerintah Israel juga tidak pernah mengeluarkan permintaan seperti itu.
Hubungan Jerman-Israel berlatar belakang sejarah Holocaust
Anggota parlemen Jerman Roderich Kiesewetter, juru bicara bidang keamanan untuk Partai Kristen Demokrat CDU, baru-baru ini mengatakan kepada lembaga penyiaran publik Jerman Deutschlandfunk bahwa pemerintah Jerman "akhirnya harus sadar” terhadap eskalasi yang semakin meningkat.
Dia mengatakan, mungkin saja pasukan Jerman bisa membantu, misalnya pengisian bahan bakar jet tempur, atau bahkan mengerahkan pesawat tempur Jerman Eurofighter untuk menangkis droneIran. Eskalasi terbaru di Timur Tengah saat ini dipicu oleh terbunuhnya Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas, saat berkunjung ke Teheran.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Komitmen Jerman kepada Israel memang punya latar belakang utang sejarah Holocaust, yaitu pembunuhan jutaan orang Yahudi Eropa selama Perang Dunia II oleh Nazi Jerman. Karena itu, semua pemerintahan Jerman menganggap perlu turut bertanggung jawab atas keamanan dan eksistensi Israel. Meskipun hal itu tidak tercantum dalam konstitusi, logika itu selalu ditegaskan oleh pemerintah saat ini maupun pemerintahan Jerman sebelumnya.
Israel tidak minta dukungan Bundeswehr
Sampai sekarang, tidak ada politisi Jerman lain yang mendukung posisi Roderich Kiesewetter, baik dari pihak oposisi, maupun dari pemerintah. Marcus Faber dari Partai Liberaldemokrat FDP, yang mengetuai komisi pertahanan di parlemen, mengatakan: "Israel telah dengan jelas mengkomunikasikan bagaimana kami dapat membantu,” katanya. Tapi Israel belum pernah meminta pengerahan Bundeswehr, tegasnya.
Bundeswehr sejatinya hampir tidak mampu membantu Israel. Namun, anggota parlemen Partai Hijau Sergey Lagodinsky kepada harian Tagesspiegel di Berlin mengatakan, Bundeswehr sendiri sudah hadir dalam konflik di Timur Tengah dengan operasi militer mengamankan jalur pelayaran dari ancaman Houthi atau kelompok ekstremis Negara Islam, ISIS.
"Sejak tahun 2015, Bundeswehr misalnya telah mengerahkan hingga 500 tentara di Irak dan Yordania untuk mengisi bahan bakar pesawat AS,” katanya.
Pemerintah Jerman sendiri tidak mengomentari perdebatan ini. Pada konferensi pers rutin hari Rabu (7/8) di Berlin, juru bicara Kementerian Pertahanan Arne Collatz mengatakan kepada wartawan, "pertanyaan itu bukanlah pertanyaan yang perlu diajukan saat ini. Ini bukan topik perdebatan di Bundeswehr. Dan kami tahu, apa yang perlu dilakukan secara politis sebelum pertanyaan itu jadi relevan bagi Bundeswehr."
Maksudnya, pengerahan pasukan Jerman ke Israel harus disetujui oleh mayoritas parlemen di Bundestag, dan mayoritas tersebut saat ini tidak ada. Juga tidak ada permintaan dari Israel untuk pengerahan Bundeswehr.
(hp/as)