AS-Cina Berebut Pengaruh di KTT ASEAN
19 November 2011Perdana Menteri Cina, Wen Jiabao tidak menutupi kritiknya terhadap AS. Tidak ada alasan untuk mencampuri urusan negara lain, begitu kecamnya Jumat (18/11) terkait strategi baru Presiden Barack Obama di Asia, yang dinilai bertujuan menentang Cina. Khususnya, sehubungan konflik Laut Cina Selatan, yang melibatkan Cina dengan Vietnam, Malaysia dan Filipina.
Usai pertemuan Sabtu pagi (19.11.) antara Barack Obama dan Wen Jiabao di sela-sela KTT ASEAN di Bali tidak ada keterangan khusus, namun penasihat keamanan AS, Tom Donilon mengatakan bahwa pembicaraan terfokus pada ekonomi. Disebutkan, Obama menyampaikan keprihatinannya atas rendahnya nilai mata uang Yuan, dan sejumlah sengketa perdagangan yang juga telah dibicarakan dengan Presiden Cina Hu Jintao di Hawaii pekan lalu.
Selain itu, Obama mengundang Cina untuk menggunakan ajang pertemuan ASEAN untuk membicarakan masalah perairan Laut Cina Selatan.
Pada pertemuan ASEAN, Barack Obama memang menyampaikan keinginan untuk bermitra lebih erat "Saya sangat senang berada di sini. Ini merupakan salah satu contoh bagaimana AS kembali memfokuskan diri ke Asia dan semakin melibatkan diri di Asia Pasifik, agar bisa menghadapi tantangan ke depan bersama-sama.“
Cina menampik ajakan Obama dan menegaskan keinginan untuk menyelesaikan masalah itu secara bilateral. Di Bejing, media Cina Xinhua mengomentari sinis langkah Obama. Mereka menulis, "Langkah Amerika Serikat memicu kecurigaan besar di kawasan. Banyak negara bertanya-tanya mengenai bentuk kepemimpinan yang ingin dicapai oleh negara itu." Tampaknya, upaya Obama untuk meningkatkan pengaruhnya di Asia, bersaing langsung dengan perluasan pengaruh Cina di kawasan. Pengamat memperkirakan, dalam kasus Laut Cina Selatan bahkan mungkin meningkatkan resiko ancaman konflik regional, daripada menyelesaikannya.
Di pihak lain, keputusan Obama mengirim Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton ke Myanmar pada bulan Desember ditanggapi positif oleh mayoritas delegasi ASEAN. Meski tidak secara resmi, keputusan itu menunjukkan pengakuan internasional bagi Myanmar yang telah mengupayakan sejumlah langkah reformasi.
Sementara di Myanmar, pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi sudah mulai mempersiapkan diri untuk tampil dalam pemilihan parlemen mendatang. Hal yang disambut oleh pendukungnya "Keputusan Suu Kyi untuk mengikuti pemilihan umum, sangat menggugah kami warga Birma. Saya yakin, Birma kini tengah menuju normalitas" begitu ungkap U Ba Shwe, dari Liga Nasional untuk Demokrasi.
Pekan lalu Presiden Myanmar Thein Sein telah mengisyaratkan bahwa partai itu akan diijinkan mengikuti pemilu mendatang.
Edith Koesoemawiria
Editor: Andy Budiman