1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIsrael

AS Dakwa Petinggi Hamas atas Serangan Teror 7 Oktober

4 September 2024

Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, dan para militan lainnya didakwa atas tuduhan konspirasi dalam memberikan dukungan material terkait serangan terorisme. Jaksa Agung AS akan mengumumkan dakwaan pidana lainnya.

https://p.dw.com/p/4kF8p
Foto arsip: Yahya Sinwar di Gaza, Mei 2017
Yahya Sinwar telah bergabung dengan kelompok militan itu sejak awal berdirinya pada akhir 1980-anFoto: Wissam Nassar/Xinhua/picture alliance

Amerika Serikat (AS) mendakwa pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, dan para militan lainnya atas serangan teroris 7 Oktober tahun lalu di Israel.

Enam orang didakwa dengan konspirasi dalam memberikan dukungan material bagi tindakan terorisme yang mengakibatkan kematian, konspirasi membunuh warga negara AS, dan lima dakwaan lainnya.

Kementerian Kehakiman mengajukan tuntutan pidana tersebut di pengadilan federal di New York City pada Selasa (03/09) waktu setempat.

“Tuntutan yang dibuka hari ini hanyalah salah satu bagian dari upaya kami untuk menargetkan setiap aspek operasi Hamas,” kata Jaksa Agung Merrick Garland dalam sebuah pernyataan.

“Tindakan ini tidak akan menjadi yang terakhir.”

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Dakwaan terhadap Yahya Sinwar

Kasus ini kemungkinan besar hanya bersifat simbolis mengingat Sinwar saat ini diyakini sedang bersembunyi dan tiga terdakwa lainnya diduga telah terbunuh.

Mantan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, terbunuh di Iran pada bulan Juli. Sementara itu, Israel mengeklaim telah membunuh mantan kepala militer Hamas, Mohammed Deif, pada bulan Juli dan wakilnya, Marwan Issa, pada awal Maret lalu.

Dua terdakwa lain yang terdaftar adalah mantan pemimpin Hamas, Khaled Mashaal, dan kepala hubungan eksternal Hamas, Ali Baraka.

“Sebagaimana diuraikan dalam pengaduan kami, para terdakwa tersebut, yang dipersenjatai dengan senjata, dukungan politik, dan pendanaan dari pemerintah Iran, dan dukungan dari (Hizbullah), telah memimpin upaya Hamas untuk menghancurkan Israel dan membunuh warga sipil untuk mendukung tujuan tersebut,” ujar Gerland.

Para pejabat AS mengatakan setidaknya satu orang, yang tidak mereka sebutkan namanya, dapat dibawa ke New York untuk diadili. Hamas diklasifikasikan sebagai kelompok teror oleh AS, Uni Eropa, Inggris dan beberapa negara lain, termasuk Jerman.

Prospek gencatan senjata

Sementara itu, terkait situasi Hamas dan Israel, duta besar Slovenia untuk PBB mengatakan bahwa kesabaran di antara para anggota Dewan Keamanan (DK PBB) mulai menipis di tengah perundingan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Samuel Zbogar, yang juga merupakan Presiden Dewan Keamanan yang menjabat untuk bulan September, mengatakan bahwa badan yang beranggotakan 15 negara ini kemungkinan akan mempertimbangkan untuk mengambil tindakan jika gencatan senjata tidak dapat segera direalisasikan antara Israel dan kelompok militan Hamas.

“Ada kegelisahan yang meningkat di dalam dewan bahwa dewan harus bergerak dengan satu atau lain cara, apakah ada gencatan senjata atau dewan kemudian merenungkan apa lagi yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan gencatan senjata,” kata Zbogar kepada para wartawan.

“Saya cukup yakin bahwa pada bulan September ini harus berjalan... dengan satu atau lain cara, bukan karena kami menginginkannya, tetapi karena saya pikir kesabaran sudah habis.”

ha/pk/hp (AP, Reuters, AFP)