AS Tolak Produk Minyak Sawit Indonesia
1 Februari 2012Pemerintah Indonesia akan segera melayangkan bantahan atas tuduhan Amerika Serikat terkait penolakan produk minyak sawit mentah CPO. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, kementerian perdagangan tengah mengumpulkan sejumlah bukti untuk menjawab tudingan tersebut, seperti bukti hasil kajian soal emisi produk CPO Indonesia. Argumen lainnya yang disiapkan adalah rencana Indonesia meningkatan produktivitas lahan sawit nasional hingga tahun 2020.
“Kami akan memasukkan counter pemikiran tanggal 27 Februari, ini yang sudah diberlakukan sebagai Deadline dan kami sudah duduk dengan asosiasi pengusaha pengusaha terkait yang sudah bisa mengumpulkan argumentasi. Tentunya Threshold 20 persen untuk kepentingan bio fuel, bio diesel masih diatas capaian yang sudah dilakukan Indonesia yang sudah berada di 17 persen. Tetapi juga asumsi–asumsi yang akan kita gunakan untuk kepentingan outlook tahun 2010 itu sangat bisa dipakai untuk meng counter alegasi mereka”
Gapki Harap Lobby Pemerintah Lebih Gencar
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), juga menyatakan kesiapannya untuk membantu pemerintah menjawab tudingan Amerika tersebut. Namun Ketua Umum Gapki, Fadhil Hasan juga berharap, pemerintah lebih mengintensifkan lobby untuk memecah kebuntuan itu. Lebih jauh Fadhil Hasan menyebut, beberapa data dan asumsi yang digunakan Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat EPA untuk menilai CPO Indonesia tidak akurat.
“Asumsi tentang ekspansi oleh negara 88 persen di Sumatera 12 persen di Kalimantan itu tidak berdasar, karena lahan lahan di Sumatera itu sudah hampir semua digunakan. Lalu ada juga asumsi tentang CO 2 yang angkanya terlalu tinggi”
Lebih jauh, Fadhil Hasan menuding penolakan Amerika Serikat atas ekspor minyak sawit dari Indonesia, semata-mata karena persaingan dagang yang tidak sehat. Ini karena Amerika adalah produsen minyak nabati non-sawit yang produktivitas dan daya saingnya jauh lebih rendah dibanding minyak sawit.
Kecil Nilai Ekspor CPO Indonesia ke AS
Bagaimanapun menurut Fadhil Hasan, Indonesia sebenarnya tak terlalu terpengaruh dengan penolakan itu, karena nilai Eksport CPO ke negeri paman Sam tersebut sangat kecil. Namun ia mengkhawatirkan penolakan itu mempengaruhi persepsi dan harga pasar CPO Indonesia di dunia, karena dapat dikenai pajak lebih tinggi.
“Sebenarnya di balik ini semua itu bentuk non tariff barrier. Restriksi terhadap perdagangan CPO ke Amerika dan bentuk proteksionisme yang diterapkan untuk industri dalam negeri mereka yang untuk pemanfatana Bio fuel. Kalau kita lihat ekport CPO kita ke Amerika tidak terlalu besar, tahun 2011 itu hanya 62 ribu ton. Tapi dikhawatirkan kalau ini tidak di-counter nanti ada semacam persepsi, yang tidak ramah lingkungan”
Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar dunia dengan produksi yang meliputi sekitar separuh dari produksi dunia. Data Gapki menyebutkan, pasar ekpor terbesar CPO Indonesia adalah Asia, terutama India dan China. Sementara Amerika dan Eropa hanya menyerap sekitar 20 persen CPO Indonesia.
Zaki Amrullah
Editor: Dyan Kostermans