Atlet Bulutangkis Indonesia Jadi Pebisnis Kue di Jerman
14 Mei 2022Atlet bulu tangkis Jawa Barat, namun kini menjadi pengusaha kue atau patiseri di Jerman. Ia mengambil langkah ganti profesi karena khawatir akan masa depannya jika hanya 'bergantung pada raket‘. Ia merasa perlu bekal untuk di hari tua. Oleh sebab itu ia memilih menekuni teknik pembuatan kue."Patiseri buat saya suatu hal yang bisa menyenangkan hati orang, apalagi kalau enak, bisa buat orang gembira. Kalau di bidang olahraga ada batas waktu, misalnya kalau sekarang umur 35 atau 30 tahun saja sudah tidak bisa lari ke kanan-kiri, susah larinya," demikian alasan Thera.
Ia kemudian mulai sekolah pembuatan kue ketika memasuki umur 26 tahun, "Saya yang paling tua. Teman-teman umurnya 16-18 tahun. Tapi saya yakin, tidak ada kata terlambat untuk belajar," ungkap Thera yang sambil sekolah lagi, masih melatih bulutangkis di Jerman. "Prosesnya juga panjang, harus tiga tahun sekolah, harus mulai semuanya dari nol. Pelajari tentang kalori, apa saja yang di dalam kue. Yang kedua tentang bagaimana tentang komposisi yang benar, tapi hasilnya juga benar. Jadi kalau kuenya kenapa, kuenya lembap, waktu dibikin tiba-tiba di oven sudah mengembang, tiba-tiba kempes lagi. Jadi kita belajar analisa takaran bahan kue," kata Thera.
Butuh waktu panjang untuk sukses
Usai sekolah ia mencari pengalaman dengan bekerja membuat kue. Lalu Thera juga setelah mengambil pendidikan lanjutan, program master tahun 2012. "Kira-kira 1 tahun, saya ambil master satu tahun waktu itu. Setelah ambil master, saya kerja lagi dulu, untuk mengumpulkan modal, tidak langsung buka. Karena bikin toko kue modalnya besar," tambah Thera.
Jalan panjang ia lalui hingga akhirnya bisa membuat toko kue sendiri. Selama tujuh tahun lamanya ia mengumpulkan modal. "Tahun 2008 saya sudah berencana, ini saya mau buka sendiri, saya setiap hari menulis ide apa yang saya punya. Misalnya saya kalau lagi jalan-jalan ada ide, saya lihat ke toko, kafe, saya tulis, saya simpan di buku. Nah, selama tujuh tahun, terus misalnya uang saya sisihkan untuk beli perabotan, cetakan kue. Tahun 2008 saya sudah menyimpannya di gudang. Karena saya tahu, kalau saya buka modalnya besar sekali buat saya. Saya tidak punya sponsor, jadi lumayan," demikian Thera mengisahkan perjalanan panjangnya menjadi pebisnis kue.
"Waktu itu saya juga masih melatih bulutangkis, jadi pemain juga, dari hasil itu saya kumpulkan sedikit-sedikit. Saya selama itu bekerja di hotel, restoran, toko kue dan di rumah sakit. Ini jadi pengalaman saya akan apa yang saya butuhkan nantinya,” tandas pria yang bermukim di Frankfurt, Jerman ini.
Anna Pikser, warga Jerman yang bermukim di kota yang sama sangat menyukai kue buatan Thera. "Saya pesan untuk acara ulang tahun. Bentuknya unik dan rasanya sangat enak,” tandasnya.
Berbagi dengan sesama
Meskipun sibuk berbisnis patiseri, Thera selalu menyempatkan diri berbagi rezeki dengan tunawisma. "Kita kan sebagai manusia, kadang-kadang tidak bersyukur begitu, kadang-kadang suka mengeluh. Cuma kalau saya lari ke orang yang tunawisma, saya lihat mereka kadang-kadang makan juga kurang, tidak ada tempat tinggal, sekarang apalagi musim dingin, selimut juga tidak ada. Terus saya lari ke mereka memotivasi hidup saya."
Thera membuatkan mereka kue dan membaginya langsung."Saya panggangkan kue, saya potong-potongkan, saya antar dan bagikan ke mereka. Motivasi buat saya pribadi, ada satu orang yang sempat peluk saya menangis, mereka bilang selama hidup mereka tidak pernah makan kueyang istimewa. Kalau kue saya maaf kata, harganya juga beda, karena kita buat sendiri, buatan tangan. Mereka kadang-kadang mau beli juga takut, makanya kalau saya bagikan, mereka bersyukur sekali," pungkasnya