Badak Bercula Diburu dan Dilindungi
19 Maret 2013Badak bercula yang paling dilindungi di dunia hidup di Kenya. Keempatnya adalah spesies badak putih utara yang hampir punah. Karena itu, masing-masing badak memiliki empat penjaga yang memastikan keselamatan nyawa hewan siang dan malam.
Namun, kebanyakan badak bercula di Afrika nasibnya tidak seberuntung itu. Badak bercula Afrika yang masih berjumlah sekitar 25.000 ekor termasuk kategori hewan yang terancam punah. Karena itu, spesies tersebut tidak boleh diperdagangkan. Hanya di Afrika Selatan dan Swaziland, tempat tinggal sebagian besar badak bercula, ekspor cula badak diijinkan. Para pemburu harus membayar hingga 20.000 Euro atau 250 juta rupiah jika ingin menembak badak bercula dan membawa pulang culanya.
Pembunuhan Badak Bercula Meningkat
Selain legal, bisnis cula badak yang ilegal juga merajalela. Menurut WWF di Afrika jumlah penjualan cula badak ilegal sepuluh kali lipat lebih banyak dalam lima tahun terakhir. Pada konferensi perlindungan spesies internasional (CITES) terakhir, khususnya dua negara yang dikritik tajam.
Vietnam sebagai negara pengimpor utama dan Mozambik sebagai negara transit utama bagi perdagangan cula badak. Bahkan keluarga duta besar Vietnam di Afrika dikatakan terlibat dalam perdangagan cula badak. CITES mengancam akan menjatuhkan sanksi pada Vietnam dan Mozambik jika tidak bisa membuktikan kemajuan dalam perang melawan impor cula dari selatan Afrika hingga Januari 2014 mendatang.
Legalkan Perdangan Cula Badak
Alternatif lain untuk menyelamatkan spesies badak bercula dimiliki oleh ahli biologi Duan Biggs dari Afrika Selatan dan kelompok penelitinya. Mereka menuntut agar perdagangan cula badak segera dilegalkan. Caranya, badak bercula khusus diternak untuk perdagangan cula. Karena cula tumbuh seperti kuku jari. Jika cula dipotong setelah badak dibius, maka badak tidak menderita sakit. Sekarang pun 25 persen binatang di Afrika Selatan tinggal di peternakan hewan liar swasta yang tidak boleh menjual cula dan tanduk dari hewan yang telah mati. Biggs berargumentasi, jika cula tersebut dijual secara legal di pasar, maka harga akan turun dan pemburuan liar tidak akan terlalu diminati.
Namun, banyak organisasi yang menentang upaya melegalkan perdagangan cula badak. Pro Wildlife bahkan ingin kembali melarang perdagangan hasil buruan. WWF khawatir, jika perdagangan cula dilegalkan secara 100 persen akan terjadi boom permintaan dan pemburuan akan semakin menjadi-jadi.
Duan Biggs berpatokan pada contoh perdagangan kulit buaya. Pada awal perdagangan kulit buaya dilegalkan, juga ada kekhawatiran permintaan akan bertambah banyak. Tapi ternyata model perdagangan bebas berjalan dengan mulus. Biggs berharap, "Jika permintaan bertambah bagi cula badak, maka lahan peternakan badak bisa diperluas."
Jika tuntutan CITES akan pengawasan pemburuan liar yang lebih ketat di Mozambik dan Vietnam diabaikan, maka ada kemungkinan diskusi melegalkan perdagangan cula badak akan kembali dibuka.