Bagaimana Eropa Menghadapi Lonjakan Harga Energi?
30 Juni 2022Kenaikan harga tidak hanya dialami oleh Jerman, melainkan juga oleh negara-negara lain di Eropa. Salah satu penyebab utama adalah kenaikan harga energi sejak invasi Rusia ke Ukraina. Lalu bagaimana reaksi pemerintah? Di Jerman, pemerintah menurunkan pajak dan pungutan terhadap bahan bakar minyak untuk mencegah harga bensin melambung tinggi.
Selain itu, pemerintah Jerman meluncurkan serangkaian program bantuan, antara lain tunjangan energi 300 euro untuk setiap pekerja, yang dibayar bersama dengan gaji. Setiap keluarga yang memiliki anak akan mendapat tunjangan tambahan 100 euro per anak. Mereka yang menganggur juga akan menerima uang 200 euro, di samping tunjangan pengangguran yang dibayarkan setiap bulan.
Menurut lembaga pemikir Bruegel di Brussel, pemerintah negara-negara di Eropa melakukan berbagai langkah dengan pendekatan yang berbeda-beda.
Yunani
Pemerintah Yunani meluncurkan program bantuan sampai 3,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Didasarkan pada perbandingan PDB-nya, inilah program bantuan termahal yang dluncurkan di Uni Eropa.
Sejak kuartal terakhir tahun 2021, pemerintah Yunani mulai menerapkan pemotongan biaya listrik bagi setiap keluarga sampai 42 euro per bulan. Sistem perhitungannya ditujukan sebagai dorongan agar warga menghemat listrik.
Lalu pada awal tahun 2022 sistemnya berubah, yaitu pemotongan biaya listrik sampai 65 euro per megawatt per jam (MWh) bagi perusahaan hingga 180 euro per MWh bagi keluarga berpendapatan rendah.
Untuk keluarga rata-rata, konsumsi listrik per tahun bisa mencapai tiga sampai lima KWh per tahun. Untuk penggunaan gas juga diterapkan bantuan dengan skema serupa. Namun, bantuan ini tidak lagi dikaitkan dengan langkah penghematan listrik.
Estonia, Lituania, dan Latvia
Ketiga negara Baltik ini menurut statistik Eropa (Eurostat) mengalami kenaikan tingkat inflasi yang tertinggi di Eropa. Masalahnya, mereka sebagian besar mengimpor kebutuhan energi dari Rusia. Karena itu, penerapan sanksi terhadap Rusia menjadi beban berat bagi negara-negara ini.
Menurut Bruegel, Estonia, yang mengalami kenaikan harga energi terbesar dari ketiga negara, hanya menggunakan 0,8 persen dari PDB-nya untuk program bantuan. Bantuan sosial itu terutama ditujukan kepada warga berpenghasilan rendah.
Lituania sebaliknya, meluncurkan bantuan sosial besar-besaran dengan nilai seluruhnya 2 miliar euro. Sekitar 1 miliar euro disalurkan langsung kepada warga yang membutuhkan, 1 miliar euro lainnya disalurkan sebagai investasi ke perusahaan energi untuk melakukan transisi ke energi terbarukan.
Hungaria
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban menjelang pemilu pada bulan April 2021 sudah meluncurkan paket-paket bantuan sosial dan membatasi kenaikan harga untuk BBM dan bahan-bahan pokok. Namun, langkah ini tidak membuat konsumen berhemat dan mengawasi konsumsinya, sekali pasokan barang makin berkurang.
Subsidi bahan bakar ditetapkan 5 cent euro per liter. Namun, banyak pengelola pompa bensin mengeluh jumlah itu jauh dari cukup untuk mengimbangi kenaikan harga BBM di pasaran. Akibatnya, banyak pengelola pompa bensin yang akan mengalami kebangkrutan atau menghentikan bisnisnya.
Inggris
Inggris mengalami inflasi tertinggi selama 40 tahun terakhir. Terutama disebabkan oleh kenaikan harga energi, sekalipun pemerintah sejak lama sudah menetapkan batas harga tertinggi untuk energi. Otoritas energi Ofgem dua tahun sekali melakukan penyesuaian harga, sesuai dengan perkembangan pasar.
Namun, pada April lalu, harga bahan bakar dinaikkan sampai 54 persen. Itu berarti, sebuah keluarga rata-rata di Inggris harus membayar sekitar 1.971 poundsterling untuk kebutuhan energinya dalam setahun.
Pada Oktober 2021, pemerintah Inggris memutuskan bantuan pemotongan rekening listrik sampai 200 poundsterling untuk setiap keluarga. Namun, bantuan itu harus dibayar kembali oleh setiap keluarga dalam lima tahun mendatang.
Untuk keluarga berpenghasilan rendah, perusahaan listrik harus memotong biaya listrik sampai 140 poundsterling per tahun. Dana untuk subsidi itu berasal dari pajak tambahan yang dikenakan pada perusahaan-perusahaan yang dinilai mengeruk keuntungan berlebihan selama masa krisis.
(hp/ha)