1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bagaimana Konflik Hamas-Israel Pengaruhi Konferensi Iklim?

27 November 2023

Tanpa konflik pun, negosiasi jelang konferensi iklim biasanya sudah belangsung alot. Kini, analis memperingatkan betapa kemelut di Jalur Gaza bisa berdampak terhadap jalannya COP28 tahun ini di Uni Emirat Arab.

https://p.dw.com/p/4ZPnR
Konferensi Iklim COP28 di Uni Emirat Arab
Konferensi Iklim COP28 di Uni Emirat ArabFoto: Amr Alfiky/REUTERS

Tahun lalu, proyek pembangkit listrik hijau antara Yordania dan Israel disebut-sebut sebagai contoh bagaimana kebijakan ramah lingkungan dapat menyatukan dua musuh di Timur Tengah.

Saat mengunjungi wilayah tersebut, Menteri Perekonomian Jerman, Robert Habeck, memuji proyek "air untuk energi”. Menurutnya, jika berjalan sesuai rencana, proyek ini akan menjadi contoh positif tentang bagaimana negara-negara Arab bekerja sama dengan Israel, serta "membangun kepercayaan dan menjadi dorongan untuk kerja sama, bukan konfrontasi.”

Kesepakatan tentatif ini disepakati pada bulan November tahun lalu dan perjanjian akhir sejatinya akan ditandatangani pada konferensi iklim,  COP28, akhir tahun ini di Uni Emirat Arab.

Namun, seperti yang dikatakan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi dalam wawancara televisi Kamis lalu, "kami tidak akan menandatangani perjanjian ini lagi. Dapatkah Anda bayangkan seorang menteri Yordania duduk di sebelah menteri Israel untuk menandatangani perjanjian air dan listrik, sementara Israel terus membunuh anak-anak di Gaza?"

Anak-anak Muda Indonesia Tuntut Aksi Nyata

Kerusakan jangka panjang

Pembatalan sepihak oleh Yordania adalah contoh pertama bagaimana konflik Israel-Hamas turut merugikan solusi iklim. Menurut analis, ada sejumlah dampak konflik di Gaza yang haris diantisipasi negara-negara peserta COP28.

"Politik iklim internasional dan aksi iklim tidak terjadi di dalam ruang hampa,” kata Ruth Townend, peneliti di lembaga pemikir Chatham House di Inggris. "Posisi pemerintah dibentuk oleh konteks geopolitik yang lebih luas, yang membatasi atau memudahkan tindakan atau pengaruh yang efektif,” katanya kepada DW

COP28 tahun ini diperkirakan akan menjadi yang terbesar. Keselamatan bisa menjadi isu bagi sekitar 70.000 delegasi yang diperkirakan akan hadir di Dubai, terutama di tengah panasnya konflik di Timur Tengah.

Beberapa perusahaan Eropa dan AS saat ini telah membatasi kebebasan stafnya untuk melakukan perjalanan bisnis ke Timur Tengah.

Adapun, Israel berencana mengirim sekitar 1.000 delegasi ke Dubai. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga dijadwalkan hadir di Uni Emirat Arab.

Greta Thunberg Diinterupsi Saat Demo

Tidak seperti biasanya

Terlepas dari risiko keamanan, pengamat asing percaya bahwa tuan rumah UEA akan melakukan yang terbaik untuk memisahkan COP28 dari konflik di Gaza.

Menurut rencana, setiap hari COP28 akan mengagendakan topik berbeda-beda, misalnya tema "kesehatan/Bantuan, Pemulihan, dan Perdamaian" yang sudah dijadwalkan untuk tanggal tiga Desember.

"Beberapa negara kemungkinan akan lebih vokal mengenai keadilan dan kebebasan,” kata Tassan-Viol. Namun hal itu seharusnya tidak membuat perbedaan besar pada agenda akhir COP28, tambahnya, merujuk pada fakta bahwa negosiasi mengenai rincian teknis perjanjian dimulai jauh sebelum COP28 dan juga masih berlanjut setelahnya.

"Badan perubahan iklim PBB bukanlah Dewan Keamanan. Jadi dari sudut pandang itu, saya rasa mereka tidak akan dibutakan oleh polarisasi di tingkat internasional mengenai konflik Gaza," kata dia.

Ruth Townend dari Chatham House berharap kekhawatiran terhadap pemanasan global akan mengatasi polarisasi apa pun di COP28.

"Seiring dengan meningkatnya dampak iklim, kita mungkin akan melihat peningkatan bencana, ketegangan dan konflik seputar sumber daya yang terbatas,” jelasnya. "Pemerintah dan pembuat kebijakan perlu menemukan cara untuk bekerja sama dan berkompromi untuk mengatasi risiko iklim yang tidak dapat ditunda. Sementara krisis saat ini, betapapun tragis dan mendesaknya, dapat diatasi.”

rzn/hp