Bagaimana Mahasiswa Indonesia di Jerman Hadapi Krisis Corona
Wabah corona ikut melumpuhkan kehidupan mahasiswa Indonesia di Jerman. Kebanyakan berusaha merawat normalitas dan sikap positif selama masa karantina. Inilah kisah mereka.
Tetap Menjaga Kebersihan
Wiga, mahasiswa Indonesia jurusan Teknik Informasi dan Komunikasi di Berlin bercerita tentang kekhawatirannya berpergian keluar rumah dan memakai transportasi umum. Meskipun demikian, aktivitas Wiga masih berjalan normal. Dia tetap pergi bekerja dan berbelanja ke supermarket. “Saya tetap menjaga kebersihan dan pola hidup yang sehat”, tambah Wiga.
Produktif Selama Social Distancing
Pasca pemberlakuan social distancing di Jerman, Abin, mahasiswa di Goethe Universität di Frankfurt harus bekerja dari rumah, sebab perusahaan tempatnya bekerja membatalkan lebih dari 90% penerbangan domestik dan internasional. Selama menerapkan social distancing, Abin tetap produktif dengan mengerjakan tugas kuliah, memasak dan belajar bahasa asing.
Hadapi Dengan Positif
Muthia Aulawiyah atau biasa disapa Lulu menanggapi pemberlakuan social distancing dengan positif, “senang karena bekerja dari rumah, tidak banyak membuang waktu di perjalanan dan lebih praktis” ungkap Lulu, mahasiswi semester akhir di Fachhochschule Aachen. Ia juga menjelaskan kondisi di kota Aachen yang sepi, namun tetap aman terkendali.
Tidak Perlu Panic Buying
Yudhistira, mahasiswa jurusan Informatik di Universitas Teknik München menjelaskan adanya pembatasan kegiatan publik sehingga masyarakat tidak bisa keluar rumah, kecuali dengan alasan yang jelas. Ia juga bercerita tentang peningkatan jumlah barang belanja yang dibeli masyarakat seperti tisu toilet,dan alat kebersihan. Tetapi Yudhis tidak panik dan tetap membeli bahan pokok sesuai kebutuhan.