Bagaimana Menghadapi FPI?
7 Oktober 2014Agustus 1998, hanya beberapa bulan setelah Soeharto mundur, sekelompok aktivis muslim dan habib mendeklarasikan pembentukan Front Pembela Islam (FPI) di Jakarta.
Menurut para pendirinya, FPI didirikan karena kemaksiatan semakin merajalela di Indonesia. Itu sebabnya, mereka merasa berkewajiban untuk menjaga dan mempertahankan martabat Islam dan umatnya.
Kelompok ini kemudian menggelar aksi-aksi yang kontroversial, seperti melakukan sweeping terhadap warga asing atau minuman keras. Mereka juga sering mengeluarkan ancaman terhadap kelompok-kelompok yang berlawanan dengan pandangan mereka.
Main hakim sendiri
Dengan alasan polisi dan aparat keamanan Indonesia tidak berdaya untuk membela Islam, FPI sering melakukan razia sendiri, misalnya menjelang bulan puasa. Tindakan itu kerap berujung pada aksi perusakan.
Banyak orang mengeritik aksi-aksi FPI dan menuntut agar organisasi itu dibubarkan saja. Tapi Ketua FPI Habib Rizieq menolak tuntutan itu dan menyatakan, FPI memang gerakan tanpa kompromi karena membela prinsip-prinsip Islam, karena sistem penegakan hukum di Indonesia mandul.
Belakangan, FPI giat mengelar aksi protes terhadap Wakil Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Mereka menentang Ahok menjadi Gubernur Jakarta menggantikan Jokowi, dengan alasan hanya seorang Islam yang bisa menjadi gubernur di ibukota Indonesia itu.
FPI versus polisi
Aksi protes FPI yang digelar hari Jumat (06/10) berakhir dengan kerusuhan. Belasan anggota kepolisian, termasuk Kapolsek Gambir, mengalami luka-luka. Buntutnya, polisi mengepung markas FPI di Jakarta dan menuntut agar koordinator lapangan aksi demo rusuh itu menyerahkan diri.
Polisi sedah menetapkan 21 anggota FPI sebagai tersangka dalam kerusuhan itu. Sementara satu orang petinggi FPI, Habib Novel, melarikan diri dan kini menjadi buron polisi.
(Hendra Pasuhuk)