Bagaimana Prancis Lampaui Pertumbuhan Ekonomi Jerman?
1 November 2023Hingga belum lama ini, Prancis masih digambarkan sebagai "pesakitan di Eropa" karena minimnya reformasi dan tingginya angka pengangguran.
Namun julukan itu meleset jauh, jika melihat angka pertumbuhan ekonomi yang sebesar 0,1% pada kuartal ketiga tahun 2023 ini. Sebelumnya, Prancis mencatatkan pertumbuhan 0,6% pada kuartal kedua antara bulan April-Juni.
Di sisi lain, Jerman melaporkan penurunan pertumbuhan pada kuartal ketiga, yang meningkatkan risiko resesi ekonomi berkepanjangan.
Para ekonom sebabnya memuji Prancis telah berlaku cekat selama beberapa tahun terakhir. "Perusahaan Prancis menghasilkan beberapa miliar euro dengan menjual kapal pesiar dan pesawat tahun ini, yang tercermin dalam angka pertumbuhan kami,” kata Philippe Crevel, ekonom dan kepala wadah pemikir Cercle de l'Epargne di Paris.
Perbedaan struktural antara Perancis dan Jerman
Kepada DW, Crevel mencatat bahwa Prancis memiliki keuntungan struktural. "Mereka memiliki sektor jasa yang besar, yang baru-baru ini mencatatkan kinerja baik, terutama di bidang pariwisata,” jelasnya, seraya menambahkan bahwa perekonomian Spanyol juga saat ini sedang tumbuh karena alasan yang sama.
Perekonomian Jerman secara tradisional sebaliknya bergantung kepada sektor manufaktur dan neraca ekspor yang kuat. Sebabnya, Jerman kini merasakan "dampak dari stagnasi perdagangan internasional dan konflik dagang antara Cina, AS, dan UE", yang sarat ” hambatan" perdagangan.
Beban lainnya adalah tingginya ongkos energi, yang melejitkan biaya produksi dan transportasi bagi industri Jerman, tambahnya. Berlin dulu sangat bergantung pada pasokan gas murah dari Rusia yang kini terhenti sejak invasi ke Ukraina, pada Februari 2022. Sebaliknya, Prancis memiliki akses terhadap energi murah dari pembangkit nuklir, yang mewakili sekitar 70% produksi listriknya.
Kebijakan iklim dan dampaknya terhadap industri otomotif Jerman juga berperan. "Sektor ini belum sepenuhnya beradaptasi dalam transisi menuju mobil listrik – sebagian besar baterainya, yang memakan porsi terbesar pada ongkos produksi mobil listrik, masih diproduksi di Cina,” katanya.
Keberhasilan dari tantangan
Menurut Armin Steinbach, Guru Besar Ekonomi di HEC University, Paris, kinclongnya kinerja ekonomi Prancis memiliki alasan yang lebih mendasar. "Presiden Emmanuel Macron menuai hasil dari reformasi ambisius yang dia jalankan sejak pertama kali berkuasa pada tahun 2017. Dia menurunkan pajak perusahaan, meliberalisasi pasar tenaga kerja, mereformasi asuransi pengangguran dan mendorong reformasi pensiun yang menyakitkan.”
Agenda reformasi Macron, tambahnya, juga berdampak pada tingkat pengangguran di Prancis, yang kini berada di angka 7% – terendah dalam 20 tahun terakhir.
Namun Catherine Mathieu, ekonom di lembaga penelitian OFCE di Paris, berpendapat bahwa perekonomian Prancis "bukanlah contoh yang baik." Melainkan, malah Jerman yang "berkinerja sangat buruk” selama tiga tahun terakhir, katanya kepada DW. "Rata-rata, PDB zona euro telah tumbuh sebesar 3,1% sejak akhir tahun 2019. Prancis berada di peringkat menengah dengan 1,7%, namun Jerman berada di posisi paling bawah dengan hanya pertumbuhan 0,2%.”
Para ekonom sepakat bahwa kinerja ekspor tidak akan lantas mengubah struktur ekonomi di Jerman yang berorientasi industri. "Prancis sebenarnya mengikuti langkah Jerman dan mendorong industrialisasi baru,” tegas Anne-Sophie Alsif, ekonom kepala di lembaga audit di Paris, BDO. "Terlebih, penting bagi zona euro untuk memiliki perekonomian dengan struktur yang berbeda-beda sehingga tidak semuanya berada dalam resesi sekaligus.”
Namun, kisah sukses Prancis juga memiliki sisi negatifnya. Utang publik negara ini telah meroket hingga lebih dari USD 3,16 triliun, atau sekitar 112,5 persen dari PDB. Padahal pada tahun 2019 lalu angkanya masih di bawah kisaran 100 persen.
rzn/hp