Bangunan Sekolah Berdesain Pasif di Indonesia
23 Februari 2023Kita semua ingin gedung yang sejuk jika cuaca sedang panas, dan ruangan yang nyaman untuk dihangatkan jika di luar dingin. Tapi itu memakan energi dalam jumlah besar. Bagaimana kita bisa hidup dengan nyaman dengan meredam kerusakan terhadap Bumi sebak mungkin?
Sekolah Pahoa yang berlokasi di dekat ibukota Jakarta sekarang menjadi pionir. Walaupun letaknya di daerah tropis, sekolah ini didesain tanpa AC.
Arsiteknya, Adi Purnomo mengungkap, AC sebetulnya mengkonsumsi energi yang cukup besar di dalam komponen bangunan seperti ini. Pada sekolah dan bangunan publik lainnya, tantangannya adalah bagaimana menciptakan ventilasi yang baik dan penerangan yang baik.
Strategi di balik rancangan seperti ini disebut passive design, atau desain pasif. Desain ini menggunakan cahaya alamiah, suhu tinggi dan gerakan udara untuk mengurangi kebutuhan listrik bagi lampu atau untuk menyejukkan dan memanaskan ruangan. Pengontrolan iklim gedung secara alamiah bisa menghemat energi dalam jumlah sangat besar. Inilah hal yang sangat penting di sektor bangunan, begitu papar Iwan Prijanto, Kepala Green Building Council Indonesia.
Kurangi emisi CO2
Iwan Prijanto, pemimpin Green Building Council Indonesia mengatakan, gas karbon dioksida ini ternyata sektor bangunan menghasilkan hampir 39% dari gas karbon dioksida dari seluruh dunia. Artinya menjadi sektor terbesar yang menghasilkan emisi gas karbon. Artinya pula, ini menjadi sektor terbesar dalam tanggung jawab atas proses pemanasan global yang berujung pada perubahan iklim yang sedang kita alami dan akan semakin parah di kemudian hari.
Ventilasi bersilang memegang peranan menentukan dalam konsep hijau dari arsitek Adi Purnomo. Ia memperhatikan kondisi lingkungan hidup yang ada, seperti arah angin, dan merencanakan tata gedung dan akses menuju udara segar sesuai kondisi yang ada.
Jadi intinya adalah mencoba membaca jalur matahari dan jalur gerak angin tahunan yang yang yang selalu berorientasi di timur dan barat, kata Adi Purnomo. Jadi orientasi kelas-kelas ini akhirnya berjajar di dalam arah timur-barat sehingga pemanasan akibat pembukaan jendela itu tidak terjadi, kira-kira seperti itu garis besar dari keseluruhan rancangan ini.
Hemat energi
Kipas angin dengan watt yang rendah hanya digunakan jika tidak ada angin sama sekali. Di sekolah Pahoa tanaman di dinding membantu membuat bangunan itu sejuk. Selain itu, rumput di atap yang hijau menyejukkan ruang-ruang kelas di bawahnya. Setiap langkah berdampak membuat perubahan suhu 1° atau 2° Celcius. Cahaya alamiah mencapai lantai ruangan lewat jendela-jendela di atap.
Theresia Mareta adalah kepala proyek sekolah itu. Visinya adalah agar para muid belajar untuk beradaptasi dengan iklim alamiah dan bukan terus-menerus berada di ruangan yang berAC.
Theresia Mareta memaparkan, awalnya ada sebagian yang sangat keras memprotes sekolah ini, terutama karena tidak pakai AC. "Ada yang bilang anaknya keringetan terus dan ada sisi gengsi juga disini, ya. 'Anak saya dari kecil dari lahir di rumah sakit sudah pakai AC, keluar pulang rumah sakit pakai AC, pulang ke rumah pakai AC terus sekarang sekolah tidak pakai AC'," tutur Theresia Mareta.
Di sekolah Pahoa, rencana untuk mengurangi konsumsi energi berhasil. Pahoa sekarang perlu 50% energi lebih sedikit dalam setiap meter persegi, dibanding sekolah Indonesia pada umumnya. Adi Purnomo memaparkan pula, jadi sebetulnya ini adalah model yang menunjuukkan bahwa green building, atau sekolah hijau itu sebetulnya tidak harus satu bangunan yang menjadi mahal. Di sini bisa ditunjukkan bahwa rancangan itu sangat sangat sederhana.
Desain dengan dampak besar atas konsumsi energi di bangunan. Dan itu adalah ide yang jadi inpirasi untuk mengatasi perubahan iklim. (ml/as)