Bank Dunia: Krisis Global Harus Diwaspadai
13 Juni 2012Krisis utang Eropa merupakan beban bagi ekonomi dunia. Peringatan yang jelas ini dinyatakan Bank Dunia dalam laporan perkiraan ekonomi yang baru dikeluarkannya. Kerugian terakhir yang diderita pasar saham dan naiknya suku bunga obligasi pemerintah menunjukkan begitu rentannya pasar keuangan di mana-mana, dikatakan dalam laporan Bank Dunia yang dirilis di Washington, Amerika Serikat.
Sangat jelas bahwa negara-negara di dunia tidak akan luput dari krisis jika situasi di Eropa terus memburuk. Bahkan tidak tertutup kemungkinan terjadinya krisis global skala besar seperti terjadi di tahun 2007-2009, dikatakan ekonom Bank Dunia Hans Timmer kepada kantor berita dpa. “Kami percaya, kemungkinan seperti ini tidaklah besar, namun tetap tidak dapat dikesampingkan.“ Pada awal tahun 2012 situasinya tampak lebih tenang di Eropa. “Pada bulan Januari, kami belum berbicara mengenai keluarnya Yunani (dari Zona Euro) dan sekarang ini menjadi kemungkinan,“ dikatkan Timmer. Ini menunjukkan bagiamana dengan mudahnya situasi dapat berubah.
Kemungkinan terburuk adalah jika dua negara besar di Zona Euro, karena masalah yang dihadapi mereka, “benar-benar akan dikecualikan dari pasar kredit,“ dikatakan Timmer. Namun Bank Dunia tidak memperkirakan bahwa situasi tidak dapat terkendali. Jadi Bank Dunia hanya merevisi perkiraan dari laporan bulan Januari menjadi sedikit lebih rendah: Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan global tahun ini sebesar 2,5 persen dan 3,0 persen untuk tahun depan.
Ekonomi Zona Euro Menyusut
Akibat krisis yang dialami, perekonomian di Zona Euro tahun ini akan menyusut sebesar 0,3 persen dan tahun 2013 akan naik sedikit sekitar 0,7 persen. Untuk perbandingan: tahun lalu diperkirakan di tahun 2012 Zona Euro akan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 1,8 persen.
Sementara itu, mesin pertumbuhan masih dipegang negara-negara ambang industri, seperti Cina dan India, dikatakan Bank Dunia. Tahun 2012, Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Cina dan India akan bertambah sebesar 5,3 persen dan tahun 2013 5,9 persen. Kedua nilai pertumbuhan ini sedikit lebih rendah dari yang sebelumnya diperkirakan Bank Dunia. Bahwa konjuktur di negara-negara ambang industri sedikit menurun tidak akan menimbulkan perkembangan yang mengkhawatirkan, dikatakan Hans Timmer.
Walaupun demikian, Bank Dunia tetap menyarankan negara-negara ambang industri untuk bersiap menghadapi kemungkinan terjadinya krisis keuangan global. Negara-negara ini harus mengurangi tingkat utang jangka pendek, mengurangi defisit anggaran dan kembali ke kebijakan moneter yang lebih netral, demikiann dikatakan pimpinan penyusun laporan Bank Dunia, Andrew Burns. Dengan ini, negara ambang industri akan memiliki ruang yang cukup, ketika ekomomi global benar-benar ambruk.
yf/hp (dpa)