Bantuan Meluas di Wilayah Gempa Turki Timur
24 Oktober 2011Gempa bumi hari Minggu (23/10) di provinsi Van, Turki timur merupakan yang terparah sejak sepuluh tahun terakhir. Kerusakan berat terlihat di mana-mana, terutama di kota Ercis yang berpenduduk sekitar 100.000 jiwa. Banyak bangunan bertingkat runtuh, antara lain asrama mahasiswa. Hingga Senin sore (24/10) sekitar 300 korban tewas ditemukan. Pemerintah memperkirakan korban tewas sekitar 1.000 orang. Tim penyelamat, ambulan, pemadam kebakaran dan peralatan lainnya berdatangan di wilayah bencana. Anjing-anjing pelacak, mobil keruk dan kendaraan berat lainnya digunakan untuk mencari dan mengevakuasi korban dari bawah reruntuhan bangunan.
Tenda-tenda bantuan di lahan terbuka
Sekitar 5.000 tenda dan 11.000 selimut dibagikan. Banyak warga harus tinggal di tenda karena rumah mereka hancur atau rusak berat. Di Ercis telah dibangun dua rumah sakit tenda. Di lahan-lahan terbuka, misalnya lapangan olahraga, terlihat tenda-tenda penampungan korban gempa. Wakil Perdana Menteri Turki, Besir Atalay mengatakan bahwa upaya bantuan berjalan lancar: "Pekerjaan kami di seluruh sektor teroganisir dengan baik, pada evakuasi, pembagian makanan dan tempat penampungan korban, dan juga pada pendataan kerusakan. Pemerintah mengerahkan semua sarana yang ada. Lain dari sebelumnya, Turki kini mampu bertindak. Bantuan telah mulai diberikan dalam waktu yang sangat singkat dan terpadu."
Setelah gempa bumi hebat tahun 1999 di sebelah barat Turki, para korban menuding pemerintah gagal menangani korban dan kerusakan. Sejak itu, perlindungan bencana secara konsekuen diperbaiki di seluruh Turki. Karena itu sekarang pemerintah menegaskan bahwa Turki untuk saat ini tidak tergantung pada bantuan luar negeri. Meskipun demikian, tim penyelamat dari negara-negara tetangga mulai berdatangan. Senin sore (24/10), tim dokter bencana dari Jerman diterbangkan ke Turki dengan membawa obat-obatan serta berbagai peralatan agar sekitar 3.000 korban mendapat pertolongan pertama.
Pelanggaran peraturan bangunan
Sementara itu media Turki mempertanyakan, mengapa begitu banyaknya bangunan runtuh pada gempa tersebut. Setelah gempa hebat 1999 dengan korban tewas lebih dari 20.000 orang, peraturan bangunan memang diperketat secara drastis. Namun peraturan itu tampaknya tidak membawa perubahan, terutama di daerah pedesaan. Pakar gempa, Tugrul Tankut dari Middle East Technical University in Ankara: "Peraturan bangunan bisa saja sangat ketat, tetapi tidak berguna kalau tidak ditaati. BIla perusahaan bangunan merasa memperoleh keuntungan kalau diam-diam mengelak peraturan atau jika dinas pengawasan pembangunan tidak berfungsi, maka bencana seperti yang dialami saat ini, terjadi."
Wilayah terkena bencana di Turki timur yang termasuk daerah, di mana pejuang Kurdi dari Partai Buruh PKK sangat aktif, berulang kali diguncang gempa susulan hari Minggu (23/10). Karena itu pemerintah kota dan desa-desa terkait menyerukan masyarakat untuk tidak kembali ke bangunan yang rusak karena ancaman bangunan runtuh cukup besar.
Steffen Wurzel/Christa Saloh
Editor: Ayu Purwaningsih