Banyak Anak Pengungsi Alami Trauma Psikis
5 November 2015"Saya sangat ketakutan saat naik perahu. Saya pegang erat adik saya, juga ketika kami jatuh ke air. Saya hana bisa menangis, dan mengira akan mati karam. Maut begitu dekat saat itu". Begitu pemaparan Farah yang berusia 10 tahun saat mengungsi bersama keluarganya dari ajang perang di Suriah menuju Eropa.
Namir yang berusai 12 tahun punya cerita berbeda, tetapi sama traumatisnya. Saat melarikan diri dari Suriah menuju Jerman, di sebuah hutan ia kehilangan sepatunya, kakinya berdarah dan bengkak karena dipaksa terus berjalan. "Kami kehausan dan kelaparan", ujar dia. keluarganxya terdampar 5 bulan di Bulgaria dan mengalami perlakuan buruk.
Cerita dari dua orang anak pengungsi itu, menjadi semacam curahan perasaan dari anak-anak lain yang juga mengalami trauma psiksi mengerikan saat mengungsi. Catatan menunjukan, dari sekitar 600.000 pengungsi yang masuk Jerman hingga akhir bulan September silam, sepertiganya adalah anak-anak dan remaja. Organisasi pelindung anak-anak dan remaja "Save the Children" menyebutkan, banyak diantara anak pengungsi derita trauma berat, tapi tak mampu ungkapkan penderitaan psikis itu. Seperti laporan majalah berita Der Spiegel mengenai anak-anak yang ´dapat diselamatkan dari bahaya mati karam ini:
Pakar psikologi Andreas Mattenschlager yang memimpin proyek dukungan psikoterpi bagi anak-anak yang derita trauma di kota Ulm mengatakan, ia mendengar banyak pengalaman mengerikan yang diceritakan anak pengungsi. Mereka juga ingin merasa aman, sama seperti anak-anak lainnya. "Dengan mengungsi, keluarga mereka terlepas dari kekerasan dan situasi buruk di negaranya. Tapi situasi kehidupan mereka tetap memprihatinkan, tambah Mattenschlager.
Konsultasi psikologi gratis
Banyak anak pengungsi menderita trauma pasca pengalaman buruk serta kesulitan beradaptasi. "Mereka harus segera mendapat bantuan psikoterapi, agar secepatnya bisa diintegrasikan ke taman kanak-kanak atau sekolah", ujar Volker Mall, Direktur pusat pedagogis sosial anak-anak di München. Juga menteri keluarga dan anak-anak Jerman Manuela Schwesig menuntut aturan lebih baik untuk melindungi anak-anak pengungsi dari traauma psikologis dan tindak kekerasan.
Untuk menyiasati kendala birokrasi, menyangkut anak-anak pengungsi dan pemohon suakam Andreas Mattenschlager dan timnya menawarkan konsultasi prikologi gratis seminggu sekali di kamp penampungan pengungsi kota Ulm. Tapi diakui, menjalin saling kepercayaan masih sulit. Banyak keluarga yang mulanya memandang skeptis. Mereka takut isi pembicaraan saar konsultasi diteruskan ke kementrian luar negeri dan mempengaruhi permohonan suaka mereka. Walau begitu, pelahan tapi pasti makin banyak anak yang mengalami trauma psikis datang untuk berkonsultasi di ruangan yang terlindung dan aman.