Bencana Kemanusiaan Catat Rekor Tertinggi 2014
26 Februari 2015Jutaan rakyat di berbagai negara tidak dilindungi secara layak oleh pemerintahnya dari aksi kekerasan baik oleh aparat negara maupun oleh kelompok bersenjata. Amnesty International dalam laporan tahunannya yang dilansir Rabu (25/02/15) menyebutkan, respons global terhadap konflik bersenjata yang menyebar luas dari Nigeria hingga Suriah sebagai amat memalukan dan tidak efektif.
Amnesty menyebut 2014 sebagai tahun bencana kemanusiaan terburuk sejak berakhirnya Perang Dunia ke-2. Akibat respons yang tidak efektif, saat ini lebih dari 50 juta warga sipil dari berbagai negara di kawasan konflik terpaksa mengungsi dari kampung halamannya.
PBB gagal atasi krisis
Laporan Amnesty juga mengecam Dewan Keamanan PBB yang gagal menuntaskan konflik bersenjata di Suriah, Irak, Palestina, Israel serta Ukraina. Sekretaris Jenderal AI Salil Shetty mengatakan, DK PBB tidak bisa bereaksi relevan mengatasi aksi kejahatan brutal terhadap warga sipil yang dilancarkan kelompok bersenjata. “Aksi veto resolusi untuk atasi konflik Suriah yang dilancarkan Rusia dan Cina yang anggota tetap, menyebabkan kematian lebih 210.000 rakyat sipil di kawasan konflik itu,” lapor sekjen AI itu.
“Kegagalan lembaga tertinggi PBB itu ibaratnya juga makin mendorong dilancarkannya pelanggaran berat hak asasi manusia,” ujar sekjen Amnesty itu. Khususnya aksi brutal dari kelompok bersenjata bukan aparat negara yang pengaruhnya makin luas amat mencemaskan lembaga pembela HAM ini.
Milisi Islamic State di Suriah dan Irak terus melancarkan kejahatan brutal yang membuat dunia ketakutan, dengan aksi pemenggalan sandera di Suriah serta pembersihan etnis dan perbudakan seks di Irak. Sementara Boko Haram di Nigeria menculik puluhan remaja putri, melakukan genosida serta terus melancarkan aksi teror di negara Afrika barat itu.
Amnesty juga mengecam para pihak yang terlibat konflik di Ukraina, baik itu pasukan reguler pemerintah maupun kaum separatis pro-Rusia. “Kedua pihak yang bertikai bertanggungjawab atas tewasnya ribuan warga sipil di kawasan konflik di timur Ukraina, karena saling menyerang dengan artileri berat ke kawasan pemukiman,” lapor AI.
Kecam Uni Eropa
Lembaga pembela hak asasi yang bermarkas di London, Inggris, itu juga mengecam Uni Eropa terkait politik imigrasinya. Uni Eropa terus mempertahankan politik keras terhadap pengungsi yang mencoba memasuki Eropa secara ilegal lewat Laut Tengah.
"Uni Eropa lebih memprioritaskan pertahanan perbatasannya, ketimbang menolong nyawa ribuan orang yang berusaha masuk Eropa akibat didera konflik di Libya, Suriah dan Libya,“ kata laporan itu.
Tahun 2014 dicatat sebagai tahun rekor imigran gelap lewat Laut Tengah yang berusaha masuk ke Eropa yang jumlahnya melebihi 200.000 orang. Amnesty melaporkan, sedikitnya 3.400 orang manusia perahu tewas tenggelam saat berusaha masuk ke Eropa.
as/yf(rtr,ap,afp,dpa)