Beralih ke Olahraga Virtual Gara-gara Virus Corona
24 Maret 2020Bagi banyak penggemar olahraga, akhir pekan saat ini rasanya seperti ada yang kurang lengkap. Dunia olahraga virtual berusaha mengisi kekosongan tersebut.
Departemen pemasaran dan tim media sosial dari klub-klub olahraga di seluruh dunia mencoba menemukan cara untuk menyediakan konten bagi para penggemar, meski tanpa adanya pertandingan olahraga yang sesungguhnya.
Beberapa dari mereka beralih menayangkan pertandingan-pertandingan lama yang klasik, yang lain menciptakan permainan baru, seperti Bayer Leverkusen yang mengadakan pertandingan tic tac toe (permainan silang dan lingkaran atau xo – Red) dengan klub-klub sepak bola lain di Twitter.
Tetapi yang paling populer saat ini adalah e-sport atau olah raga virtual.
FIFA 20 alternatif yang populer
La Liga Spanyol menciptakan video gameFIFA, dengan para pemain dari klub-klub yang terlibat. Komentatornya adalah beberapa penyiar paling terkenal di Spanyol dan hasil pemasukan turnamen akan disumbangkan untuk membantu staf medis.
Leeds United, tim divisi dua di Inggris, juga melakukan simulasi FIFA 20 sesuai jadwal pertandingan sesungguhnya melawan Luton Town. Pertandingannya disiarkan langsung lewat Twitter.
Tidak hanya sepak bola, Formula 1 juga menjalankan serangkaian Grands Prix virtual pada hari-hari balapan sesungguhnya dengan melibatkan para pembalap F1. Para pemain esports profesional League of Legends juga masih ambil bagian dalam turnamen Kejuaraan Eropa - tetapi dari jarak jauh.
Kekosongan akibat tiadanya ajang olahraga di kehidupan nyata telah membuka pintu bagi jenis-jenis kreativitas baru, serta menciptakan lebih banyak kesadaran akan eksistensi esports di dunia digital.
Dalam dekade terakhir, video game telah menjadi industribernilai miliaran dolar dengan adanya gamer profesional dan siaran langsung di seluruh dunia yang menarik minat ribuan penonton. Forbes memprediksi, tahun depan game video sepak bola populer FIFA akan menghasilkan lebih dari 3 miliar dolar AS per tahun bagi perusahaan game Electronic Arts.
Mendekatkan dunia maya dan nyata
Tidak adanya olahraga fisik saat ini seolah menunjukkan seberapa dekat sebenarnya dunia olahraga nyata dan virtual.
Game Transfer Phenomena (GTP) telah menjadi topik perdebatan selama beberapa waktu. GTP adalah keadaan psikologis yang terjadi ketika pemain mengintegrasikan unsur-unsur permainan video ke dalam kehidupan nyata dengan menggunakan cara berpikir, sensasi, dan tindakan.
Bahkan hampir tidak mengherankan bahwa, bagi sebagian orang, fokus yang lebih besar pada dunia virtual mungkin mengaburkan batas antara persepsi manusia di lapangan dan tokoh-tokoh yang dikendalikan oleh controller x.box atau playstation. Hal ini mengingat betapa populernya game olahraga di dunia maya serta betapa realistisnya grafik dan beragamnya permainan seperti FIFA berdampak pada interaksi sosial dan bahasa.
Simulasi pelipur lara
Game online memungkinkan orang untuk mempertahankan hubungan sosial selama periode social distancing yang disarankan. Selain itu, bagi orang-orang yang menderita kecemasan sosial dan depresi, memainkan video game tertentu dapat memberikan ketenangan.
E-sport telah lama menjadi tema perdebatan di dunia olahraga, karena menyandang kata sport atau olahraga. Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah krisis saat ini dapat menjadi momen yang sangat menentukan bagi dunia olahraga virtual.
Namun, dengan tidak adanya olahraga di dunia nyata, dan karena banyak orang merasa terisolasi, kemungkinan akan makin banyak orang beralih ke simulasi olahraga virtual daripada sebelumnya. Dunia olahraga virtual dapat menjadi oasis kegembiraan bagi para penggemar olahraga, selama ini menjadi dilakukan secara moderat, dan bukannya menjadi jenis kecanduan baru.
(vlz/ae)