Berlin Akan Bangun Akomodasi Massal Terpusat untuk Pengungsi
10 September 2024Di area perumahan yang tenang di distrik Charlottenburg-Wilmersdorf, Berlin, berdiri kompleks perkantoran luas yang rencananya akan diubah menjadi akomodasi untuk 1.500 pengungsi. Kantor Negara Bagian Berlin untuk Urusan Pengungsi (LAF) punya rencana ini.
Bangunan itu terletak di Soorstrasse di distrik Westend dengan penduduk sekitar 20.000 orang. Ini adalah salah satu lingkungan paling makmur di ibu kota, tempat jalan-jalan yang dipenuhi pepohonan, vila-vila mewah, gedung kedutaan, dan blok apartemen yang terawat baik.
"Saya tidak terlalu mempermasalahkannya," kata seorang pria yang sedang berjalan-jalan dengan bayinya ketika ditanya tentang rencana tersebut. "Tapi saya pikir akan lebih baik jika tempatnya tersebar dan tidak di satu tempat."
Amei von Hülsen-Poensgen, dari aliansi Willkommen im Westend yang mendukung para pengungsi di daerah tersebut, mengatakan bahwa ia "sepenuhnya memahami" kekhawatiran penduduk setempat.
"Menampung 1.500 orang di bekas gedung perkantoran adalah ide yang bodoh, maafkan saya," serunya, seraya menambahkan bahwa ia tidak memercayai beberapa operator besar yang dikontrak untuk mengelola fasilitas akomodasi pengungsi.
Lebih dari 30.000 pengungsi di Berlin tinggal di fasilitas akomodasi yang dikelola oleh LAF. Banyak yang telah disetujui klaim suakanya tetapi harus tetap tinggal di fasilitas yang dikelola negara karena tidak dapat menemukan akomodasi yang terjangkau di pasar real estat Berlin yang sangat kompetitif. Hal ini khususnya sulit bagi keluarga dengan lebih dari satu anak, karena tidak ada cukup apartemen dengan jumlah kamar yang sesuai.
Perdebatan sengit Jerman tentang hak suaka
Dengan keberhasilan partai sayap kanan Alternative für Deutschland (AfD) memperoleh lebih dari 30% suara dalam pemilihan negara bagian di Sachsen dan Thüringen, imigrasi kembali menjadi isu panas.
Selain itu, sebuah serangan pisau yang menewaskan tiga orang dan melukai delapan lainnya di kota Solingen, pada tanggal 23 Agustus, dan diduga dilakukan oleh seorang warga negara Suriah yang berhasil menghindari deportasi, telah memicu pembicaraan lintas partai tentang isu tersebut.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Pergeseran ke arah kanan dalam isu imigrasi telah menjadi "perkembangan yang sangat menakutkan" dalam politik Jerman, kata Nihad El-Kayed, pakar integrasi dan migrasi di Universitas Humboldt Berlin.
"Saya merasa khawatir bahwa tidak ada yang benar-benar mendukung kebijakan suaka yang terbuka dan progresif karena saya pikir Anda juga harus mengingat hal itu: 70% warga Sachsen dan Thüringen tidak memilih AfD dan hanya sebagian kecil penduduk Jerman yang tinggal di sana. Jadi, berfokus pada 30% juga adalah hal yang antidemokrasi…."
Menurut Kantor Statistik Federal Jerman, sekitar 3,78 juta penduduk terdaftar di Berlin pada akhir 2023. Sementara LAF melaporkan bahwa pada 2023 Berlin menerima 16.762 pencari suaka dan 15.144 pengungsi Ukraina. Sepanjang 2024, jumlah pendatang baru sedikit menurun. Hampir 5.000 pencari suaka baru terdaftar di Berlin dalam enam bulan pertama 2024, mayoritas dari Turki, Afganistan, dan Suriah. Jumlah pengungsi dari Ukraina hampir sama.
Skeptis akan sistem terpusat akomodasi pengungsi
Pengungsi di Berlin dialokasikan ke distrik-distrik di kota ini sesuai bulan kelahiran mereka. Namun distrik-distrik tersebut sering mengirim pengungsi kembali ke LAF karena mereka juga kehabisan tempat. Untuk menghentikan pingpong ini, Senat Berlin baru-baru ini mengumumkan rencana mengambil alih tanggung jawab dari masing-masing otoritas distrik. Senat pun mengubah LAF menjadi otoritas terpusat di seluruh negara bagian untuk menampung pengungsi dan tunawisma.
Hülsen-Poensgen mengatakan tidak begitu antusias meskipun sistem terpusat dapat memecahkan masalah distrik yang saling bersaing untuk mendapatkan akomodasi dan menaikkan harga. "Ada orang yang tahu bahwa mereka dapat meraup banyak uang dari situasi tanpa kendali ini. Banyak sekali penyimpangan yang terjadi, dan kualitas hidup di tempat penampungan yang dikelola negara sering kali sangat buruk," katanya.
Menurut El-Kayed, penelitian menunjukkan bahwa dalam hal keberhasilan integrasi sosial dan ekonomi bagi para pengungsi, faktor penentu adalah memiliki rumah sendiri di daerah yang memiliki infrastruktur pendukung yang baik. Berlin mungkin punya infrastruktur, tetapi tidak banyak tersedia tempat tinggal.
Departemen Senat Berlin untuk Pembangunan Perkotaan, Bangunan, dan Perumahan memperkirakan kota tersebut butuh lebih dari 100.000 apartemen baru untuk memenuhi permintaan, khususnya untuk rumah tangga berpenghasilan rendah dan menengah. Ditambah lagi dengan kebutuhan akan apartemen tambahan untuk 200.000 orang yang diperkirakan akan pindah ke ibu kota pada 2040.
Debat tentang pengungsi berlanjut
LAF saat ini sedang dalam proses membangun lebih banyak fasilitas akomodasi pengungsi seperti yang direncanakan di Soorstrasse. LAF juga memperluas akomodasi sementara yang tersedia di fasilitas pengungsi terbesar dan paling kontroversial di Berlin di bekas bandara Tegel. Lokasi tersebut telah menampung sekitar 5.000 orang di tempat yang pada dasarnya adalah tenda bersama di hanggar pesawat.
Senator Berlin untuk integrasi, Cansel Kiziltepe dari SPD yang berhaluan kiri-tengah, pada bulan Agustus mengumumkan ingin mengurangi besaran akomodasi pengungsi di Tegel. Alasannya adalah biaya tinggi dan masalah yang ditimbulkan bagi penduduk dan integrasi. Rencananya adalah untuk memindahkan pengungsi ke desa-desa kontainer akan dibangun dan fasilitas berukuran sedang, termasuk di Soorstrasse.
Namun, Dirk Stettner dari partai berhaluan kanan-tengah Kristen Demokrat (CDU) tidak berpandangan sama dengan Kiziltepe. "Selama pemerintah federal tidak mengubah kebijakan suaka dan tidak menghentikan atau setidaknya mengurangi secara signifikan masuknya pencari suaka, kami akan terus membutuhkan akomodasi berskala besar," ujarnya kepada kantor berita Jerman.
Sementara, LAF saat ini berencana memperluas akomodasi di Tegel untuk memberi ruang bagi 8.000 pengungsi. Namun ini hanya bisa dilakukan hingga 2025 karena ada rencana untuk mengubah lokasi tersebut menjadi kompleks penelitian teknologi bagi perusahaan dan lembaga ilmiah.
(ae/yf)