Berlin Berkenalan dengan Warisan Budaya Jawa
2 Oktober 2018Pada hari Minggu pagi (30/09) tarian topeng Jawa membuka rangkaian acara 'Pangeran Panji Lost and Found' di Rumah Budaya Indonesia Berlin. Acara yang dihadiri Wakil Duta Besar RI di Berlin Perry Pada dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Ahmad Saufi merupakan kolaborasi antara KBRI Berlin, sejumlah peneliti Eropa serta seniman nusantara. Acara ini menawarkan serangkaian presentasi, workshop gamelan dan wayang serta pameran untuk memperkenalkan kisah-kisah Panji di Jawa yang dijadikan "Ingatan Dunia” oleh UNESCO di tahun 2017 lalu.
Ide awal dicetus oleh Dr. Lydia Kieven, peneliti Jerman yang mengaku sudah tertarik dengan kisah Panji dan menelitinya sejak lebih dari 20 tahun. Baginya penting, bahwa dunia mengenal inti dari kisah Panji. "Panji adalah seorang pangeran, tetapi hidup sederhana dan tidak arogan. Ia mau merakyat dan membantu warga-warga desa. Ia juga menjalani banyak tantangan untuk bertemu kembali dengan kekasihnya,” ucapnya ketika diwawancarai DW Indonesia. "Ini adalah sebuah tema yang universal,” lanjutnya.
Salah satu puncak acara adalah pameran proyek wayang beber yang selalu menceritakan kisah-kisah Panji. Bentuk seni wayang yang hampir punah ini memikat hati dua antropolog Kroasia Tea Škrinjarić dan Marina Pretković sejak mereka pertama kali ke Indonesia. Sekarang di Berlin mereka menggelar pameran kedua tentang wayang beber, setelah sukses dengan pameran pertama di Museum Etnologi Zagreb, Kroasia.
Sambil menikmati kudapan asal Indonesia dan kopi tubruk, para tamu Rumah Budaya Indonesia bisa membaca dan melihat foto-foto tentang tradisi wayang beber di Jawa, menonton video tentang pembuatan kertas yang dipakai untuk wayangnya, serta menonton pertunjukan wayang yang diproyeksikan ke layar. Lembaran-lembaran wayang beber yang indah juga menghiasi ruang pameran.
Iwa yang datang ke pameran ini dengan keluarganya mengaku senang dengan pamerannya. "Kita jadi bisa tahu bahwa kekayaan Indonesia sangat banyak sekali. Seperti wayang beber ini. Saya belum pernah lihat sebelumnya,” tuturnya.
Bagi Marina Pretković wayang beber bukan saja merupakan seni yang indah dan menarik, proses penelitiannya membuat dia sadar, bahwa ini adalah sebuah warisan budaya Jawa yang penting. "Kami ingin membantu menjelaskan dan mempromosikannya agar timbul ketertarikan yang lebih. Lalu orang-orang akan sadar, bahwa ini menarik dan budaya ini masih ada di sekelilingnya,” paparnya.
Di ruangan selanjutnya, pameran berlajut dengan era kontemporer. Ulli asal Berlin terpesona dengan karya wayang beber modern dari grup Wayang Beber Metropolitan Jakarta yang menyoroti masalah-masalah kota besar seperti polusi dan sampah.
"Sangat penting agar budaya lama tetap hidup karena ini adalah akar dari sebuah bangsa yang harus dipelihara dan bisa dikembangkan lebih lanjut,” kata Ulli kepada DW Indonesia.
Pengunjung juga diundang untuk mengetahui lebih jauh tentang wayang beber melalui presentasi kedua antropolog tentang proyek penelitian mereka. Sesi tanya jawab yang ramai membuktikan minat besar pengunjung atas karya seni langka ini.
Usai presentasi, Tea Škrinjarić mengungkapkan rencana-rencana selanjutnya dari kedua antropolog ini. "Kami ingin melajutkan kerja sama dengan salah satu universitas di Jakarta untuk menciptakan bank data digital dari materi wayang beber yang ada, serta menempatkannya di satu tempat agar mudah diakses,” ujarnya. (hp)