Biden: AS-Cina Berada di 'Jalur yang Tepat'
20 Juni 2023Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut negaranya dan Cina tengah berada di "jalur yang tepat" usai menteri luar negeri Antony Blinken berkunjung ke Beijing.
"Kami berada di jalur yang tepat saat ini," kata Biden kepada wartawan usai menghadiri kegiatan lingkungan di California, sambil menambahkan bahwa Blinken telah membuat kemajuan dalam kunjungan dua harinya yang berakhir pada Senin (18/06).
Blinken melakukan "kerja yang luar biasa," tambah Biden, seraya memuji upaya diplomat tertingginya tersebut.
Saat kunjungan Blinken, AS dan Cina setuju untuk menstabilkan hubungan mereka dan menjaga alur komunikasi tetap terbuka demi menghindari konflik besar-besaran antar kedua negara.
Blinken: "Komunikasi langsung cara terbaik"
Diplomat ternama Washington ini menekankan pentingnya dialog tatap muka secara langsung.
"Dalam setiap pertemuan, saya menegaskan bahwa keterlibatan langsung dan komunikasi yang berkelanjutan di tingkat senior merupakan cara terbaik untuk mengelola perbedaan secara bertanggung jawab dan memastikan bahwa persaingan tidak berubah menjadi konflik," kata Blinken kepada wartawan usai pembicaraan berakhir. "Saya mendengar hal serupa dari rekan-rekan saya dari Cina. Kami berdua sepakat untuk menstabilkan hubungan kami."
Menteri Luar Negeri AS ini mengatakan Beijing telah menegaskan bahwa mereka tidak akan mengirimkan senjata ke Rusia untuk membantu invasi Rusia ke Ukraina, terlepas dia menyuarakan keprihatinannya atas tindakan-tindakan sejumlah perusahaan swasta Cina.
"Kami dan beberapa negara lain, telah menerima jaminan dari Cina, bahwa mereka tidak akan memberikan senjata kepada Rusia untuk digunakan dalam perang Ukraina,” ujar Blinken.
Dia juga bersikeras bahwa Presiden Jo Biden tidak berniat untuk menghambat ekonomi Cina lewat larangan ekspor semikonduktor tingkat tinggi. Hanya saja, Washington mencoba untuk melindungi dirinya sendiri.
"Kami ingin melihat pertumbuhan. Kami ingin melihat kesuksesan di setiap belahan dunia, termasuk, tentu saja, di negara besar seperti Cina," tutur Blinken. "Namun, di saat yang sama, kami belum punya kepentingan untuk menyediakan teknologi kepada Cina, yang nantinya dapat digunakan melawan kami.
"Dan pada saat ada negara terlibat dalam penumpukan program senjata nuklir dengan cara yang sangat tidak jelas, saat negara itu memproduksi rudal hipersonik, ketika mereka menggunakan teknologi untuk tujuan represif, bagaimana mungkin kami mau menyediakan sejumlah teknologi yang dapat melawan kami?"
Xi Jinping: "Harus berdasarkan rasa saling menghormati"
"Kedua belah pihak telah melakukan diskusi yang jujur dan mendalam," kata Xi di awal pertemuan dalam komentarnya dalam siaran TV milik pemerintah Cina.
"Saya berharap lewat kunjungan ini, Tuan Menteri Luar Negeri, Anda dapat memberikan kontribusi yang lebih positif untuk menstabilkan hubungan Cina dan AS," tambah Xi, menujukan pernyataannya itu kepada Blinken.
"Interaksi antar negara harus selalu berdasarkan pada rasa saling menghormati dan ketulusan," ujar dia.
Pertemuan Xi dan Blinken sendiri awalnya sudah direncanakan, tetapi belum ada konfirmasi dari kedua pihak, setidaknya satu jam menjelang pertemuan berlangsung. Diskusi Blinken dengan Xi Jinping dianggap sebagai kunci keberhasilan dari perjalanan itu.
Sebuah penolakan di sini bakal menjadi satu kemunduran bagi upaya untuk memulihkan pembicaraan di tingkat senior.
Sementara itu, Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier pada Senin (19/06) menggarisbawahi soal "kepentingan khusus" hubungan Cina dan AS, saat dia menjamu Perdana Menteri Cina Li Qiang untuk melakukan pembicaraan di Berlin, Jerman.
Diskusi aktif soal pembebasan tiga warga Amerika
Selain itu, AS dan Cina juga tengah berdiskusi soal pembebasan tiga warga negara AS yang ditahan di Cina, ujar Blinken dalam wawancara dengan stasiun TV AS, CBS News.
"Saya tidak ingin membahas secara detail, tetapi kami sangat aktif membicarakan hal tersebut," ujar dia.
Ketiga warga AS itu adalah David Lin, seorang pendeta yang telah dipenjara di Cina sejak tahun 2006. Kemudian Kai Li, yang dijatuhi hukuman pidana badan 10 tahun penjara pada tahun 2018 atas tuduhan mata-mata. Terakhir, Mark Swidan, seorang pengusaha asal Texas yang divonis bersalah oleh pengadilan Cina pada tahun 2019. AS menuding ketiganya diadili secara tidak adil.
"Hal ini (pembebasan mereka) bakal menjadi perkembangan penting dan positif, dan kami sedang berusaha secara intens," papar Blinken.
'Tidak ada tempat untuk kompromi' soal Taiwan
Sebelumnya, Blinken sudah mengadakan pembicaraan dengan Ketua Komisi Luar Negeri Cina, Wang Yi, di Beijing pada Senin (18/06). Pertemuan itu berlangsung sekitar tiga jam.
Wang, yang posisinya dalam Partai Komunis berada di atas Menteri Luar Negeri, mengarakan kepada Blinken bahwa "tidak ada tempat untuk kompromi" atau konsesi soal Taiwan, demikian laporan dari media pemerintah. Dia menekankan bahwa menjaga persatuan nasional akan selalu menjadi inti dari kepentingan Cina.
"Amerika Serikat harus benar-benar mematuhi prinsip Satu Cina, yang ditegaskan dalam tiga pengumuman bersama AS-Cina, menghormati kedaulatan dan integritas wilayah Cina, dan secara tegas menentang 'kemerdekaan Taiwan,'" ujar media pemerintah mengutip Wang Yi
"Penting untuk membuat pilihan antara dialog dan berkonfrontasi, kerja sama atau konflik," tegas Wang.
Memburuknya hubungan AS-Cina
Hubungan Washington dan Beijing telah mencapai titik terendah dalam sejarah akibat meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan. Blinken semula dijadwalkan untuk berkunjung ke Cina pada Februari 2023, hanya saja perjalanan itu ditunda akibat pihak AS menembak jatuh sebuah balon mata-mata yang terbang di wilayah AS, yang diduga milik Cina.
Blinken merupakan seorang pejabat tertinggi AS yang mengunjungi ibu kota Cina dalam lima tahun belakangan. Dia bertemu dengan Presiden Xi Jinping hingga pejabat senior lainnya.
Dalam pertemuannya dengan Presiden Xi, Blinken membahas semua isu penting yang diperdebatkan Cina dan AS.
"Kami telah membuat kemajuan dan kami akan bergerak maju," kata Blinken kepada wartawan, di Beijing, sambil menambahkan bahwa "tak ada yang bisa terselesaikan dalam satu kali kunjungan."
mh/hp (AP, AFP, Reuters)