Bila Tulang-Tulang Merapuh
28 Desember 2012Bila jumlah massa tulang semakin menurun, maka diagnosanya: osteoporosis. Penderitanya biasanya jauh lebih banyak perempuan ketimbang pria. Sekitar 33 persen perempuan mulai usia 50 tahun, pascamenopause dan saat kondisi hormon berubah, tulang-tulang menjadi tidak stabil lagi dan mudah rapuh. Dan kondisi dapat menimbulkan komplikasi lainnya. Untuk mencegah jatuh dan dengan begitu patah tulang, bagi warga lanjut usia adalah penting untuk dapat bergerak dengan stabil, demikian dijelaskan Thomas Kausch, dokter kepala di Rumah Sakit Ortopedi di Bad Neuenahr: "Risiko jatuh lebih besar jika orang tidak banyak bergerak, bila sangat tidak stabil dan kecenderungan tinggi untuk jatuh. Jadi sangatlah penting untuk tetap bergerak. Namun perlu dicatat, tulang sendiri juga bereaksi terhadap gerakan, stimulasi gerakan sehingga bisa terjadi peningkatan pengendapan garam kapur bila tulang tertentu digunakan secara sangat berlebihan."
Kebanyakan penderita osteoporosis tidak menyadari bahwa dia sakit. Penyakit ini datang perlahan-lahan selama sepuluh atau 15 tahun. Orang kerap baru mengetahuinya setelah patah tulang, seperti yang dialami Regina Breuer: "Saat berlibur saya terpeleset di lantai batu. Paha dan bahu saya patah. Dokter mengatakan, tulang bahu yang patah akan tumbuh lagi, karena patahannya mendatar. Tetapi kemudian tulangnya bergeser dan rapuh."
Latihan keseimbangan tubuh
Perempuan usia 69 tahun itu kini mengikuti terapi selama tiga minggu di RS rehabilitasi Bad Neuenahr. Fisioterapi, senam setiap hari dan training keseimbangan badan tercantum dalam jadwal aktivitasnya. Para pasien di sini belajar posisi yang benar bila jatuh. Masih banyak penderita osteoporosis menganggap remeh hal ini dan ini bisa sangat berbahaya. Pemeriksaan menunjukkan bahwa jumlah kematian pasien yang menderita patah leher atau tulang paha pada lima tahun setelah insiden, jauh lebih tinggi dari orang seusia yang tidak mengalami patah tulang semacam itu. Dr. Thomas Kausch: "Ini berkaitan dengan kekurangan kemampuan bergerak. Jika pada usia tertentu orang berbaring terus, dalam waktu yang lama, dan tidak bergerak, maka akan muncul penyakit sampingan. Artinya, pasien terkait cenderung terkena trombosis, emboli paru, gangguan sistem peredaran darah atau jantung. Dan ini dapat menyebabkan kematian pasien itu."
Namun osteoporosis dapat diketahui secara dini melalui pemeriksaan kepadatan tulang. Rumah sakit di Bad Neuenahr melakukan sekitar 800 pemeriksaan semacam itu per tahun. Pasien kemudian akan mengetahui, apakah ia menderita osteoporosis atau tulang mana yang mudah patah. Dr. Thomas Kausch mengatakan, "obat-obatan dapat membawa dampak buruk pada kepadatan tulang. Misalnya obat untuk melawan epilepsi, atau obat tertentu untuk bisul perut bisa berbahaya jika digunakan dalam waktu lama, misalnya dua atau sepuluh tahun."
Kortison juga berdampak buruk bagi kepadatan tulang. Misalnya pasien menderita rematik yang sepanjang hidupnya harus memakai obat mengandung kortison. Juga kemoterapi dapat menimbulkan osteoporosis. Misalnya seperti pasien Regina Breuer yang menderita osteoporosis setelah operasi kanker lambung tahun 2002.
Penyusutan tulang dapat diterapi
Setelah keluar rumah sakit, Regina Breuer tidak hanya harus lebih banyak bergerak, tetapi juga mengubah pola makannya. Ia terutama harus memilih makanan yang banyak mengandung kalsium. Vitamin D penting bagi Breuer, karena vitamin D banyak berperan dalam pembentukan struktur tulang.
Dokter biasanya memberikan obat yang mencegah penyusutan tulang kepada pasien penyakit osteoporosis yang sudah berat. Bila beruntung, kepadatan tulang meningkat sedikit. Jadi ancaman patah berkurang. Obat mengandung hormon juga menolong, kata Dr. Thomas Kausch. "Osteoporosis bisa dilawan. Tapi biasanya kita cukup puas bila dapat menstabilkannya melalui obat tertentu. Tetapi ada juga pasien, biasanya perempuan, yang penyakit osteoporosisnya menyusut melalui terapi, kemudian kepadatan tulangnya bahkan hampir menjadi normal kembali," tambahnya.
Pria tua juga dapat terkena osteoporosis, tetapi lebih jarang ketimbang perempuan. Umur pria ini biasanya rata-rata lebih tua sepuluh tahun dari perempuan, saat terkena penyakit tulang ini.