Boeing Akan Berembuk Dengan Maskapai Terkait B737 MAX
20 November 2018Boeing berencana menggelar panggilan konferensi dengan semua maskapai penerbangan, termasuk Lion Air, pada Selasa (22/11) pagi untuk membahas piranti lunak "kontroversial" pada pesawat 737 MAX menyusul kecelakaan Lion Air JT610 yang menewaskan 189 orang di Indonesia.
Rencana tersebut pertamakali dilaporkan harian Bloomberg. Namun sebuah sumber akurat menyatakan kepada kantor berita Reuters, panggilan konferensi kemungkinan akan ditangguhkan. Langkah itu sendiri diambil Boeing setelah maskapai mengklaim tidak diberitahu mengenai keberadaan fitur anti-stall yang ditengarai memicu kecelakaan Lion Air.
Peringatan otoritas penerbangan AS
Otoritas Penerbangan Federal AS (FAA) sebelumnya mewanti-wanti kesalahan pengukuran atau kerusakan pada sensor bisa mengecoh piranti lunak dan secara otomatis membuat pesawat menukik tak terkendali. Boeing bersikeras prosedur untuk mematikan fitur tersebut sudah tertera dalam buku manual. Namun hal ini dibantah oleh sejumlah maskapai penerbangan.
Baca juga: Keluarga Korban Lion Air JT610 Gugat Boeing
American Airlines pekan lalu mengklaim "tidak mengetahui" fitur spesial dalam piranti lunak bernama Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). MCAS didesain untuk mencegah stall, yakni ketika hidung pesawat menengadah terlalu tinggi sehingga menyebabkan pesawat kehilangan kecepatan.
Hal senada diungkapkan Lion Air, Southwest Airlines dan United Airlines yang mengoperasikan B737 MAX.
Biasanya indikator kecepatan udara menjadi salah satu instrumen terpenting untuk memprediksi kapan terjadinya stall secara tidak langsung. Namun menurut penyelidikan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), sensor kecepatan udara pada pesawat Lion Air JT610 mengalami kerusakan.
Memo internal pemicu bantahan
Dalam sebuah memo internal kepada para pegawainya, Presiden Direktur Boeing Dennis Muilenburg membantah laporan media bahwa produsen secara sengaja menyembunyikan informasi mengenai MCAS kepada maskapai, "tidak benar," tulisnya sembari menambahkan fitur anti stall pada 737 MAX sudah tertera dalam buku manual operasi penerbangan.
Seperti dilansir The Air Current, Muilenburg menyesalkan "spekulasi media yang menimbulkan asumsi keliru," padahal "investigasi oleh Indonesia masih menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab." Ia bersikukuh B737 MAX merupakan pesawat yang aman untuk dioperasikan. "Soal keselamatan penerbangan, standar yang kami terapkan tidak bisa lebih tinggi lagi."
Sementara itu maskapai penerbangan AS, United Airlines, mengklaim para pilotnya sudah mendapat latihan khusus untuk menangani malfungsi pada MCAS. Namun pihak maskapai mengakui fitur tersebut tidak diajarkan di dalam pelatihan standar bagi pilot yang bertukar pesawat 737 dari model lama ke yang baru.
Baca juga: Boeing Dituding Rahasiakan Fitur Bermasalah pada 737 MAX
Meski berbagai penyelidikan mengindikasikan kesalahan teknis sebagai penyebab kecelakaan pesawat Lion Air, Boeing 737 MAX tidak kehilangan pamor. Pesawat berbadan sempit teranyar itu saat ini menjadi primadona maskapai berbiaya murah (LCC) atau untuk penerbangan domestik.
Maskapai LCC asal Korea Selatan, Jeju Air, hari Selasa (20/11) mengumumkan membeli 40 unit B737 MAX 8 senilai USD 4,4 miliar dengan opsi pembelian 10 pesawat tambahan. Armada pesawat terbaru tersebut akan dikirimkan antara 2022 hingga 2026.
rzn/as (rtr, bloomberg, cnn, theaircurrent)