Bosan Saat Corona, Picu Meningkatnya Hewan Peliharaan Jepang
27 Mei 2021Pandemi virus corona semakin memperburuk penurunan populasi Jepang yang memang sudah mengkhawatirkan.
Statistik terbaru dari Kementerian Dalam Negeri Jepang menunjukkan, pada 1 April 2021 hanya ada 14,93 juta anak berusia 14 tahun atau lebih muda. Ini berarti, terdapat penurunan 190.000 orang dibandingkan dengan tanggal yang sama dari tahun lalu dan menjadi angka tahunan terendah sejak 1950.
Namun, saat tingkat kelahiran menurun drastis di Jepang, permintaan hewan peliharaan rumah tangga justru meningkat.
Ada sekitar 20 juta kucing dan anjing peliharaan yang tercatat di seluruh negeri, dan ada sekitar 60.000 hewan peliharaan tambahan pada tahun 2020, demikian laporan Asosiasi Makanan Hewan Peliharaan Jepang.
Chris Dunn, seorang eksekutif dari perusahaan makanan Pet Planet cabang Jepang mengatakan kepada DW, permintaan hewan peliharaan telah melonjak sejak pemerintah di Tokyo mengumumkan keadaan darurat pertama pada April tahun lalu.
"Telah terjadi peningkatan penjualan pada tahun lalu, dan hal ini kemungkinan besar karena dipicu lebih banyak orang yang membeli anjing dan kucing. Mereka bersedia mengeluarkan uang untuk memberi makanan terbaik yang tersedia," kata Dunn.
Dia menambahkan bahwa penjualan telah meningkat "bahkan lebih baik" dalam 12 bulan terakhir.
'Kebosanan' dan 'kesepian' mendorong penjualan hewan peliharaan
Dunn mengatakan, alasan di balik peningkatan penjualan hewan peliharaan cukup jelas.
"Selama setahun terakhir, orang harus menghabiskan banyak waktu di rumah dan dengan sangat cepat mereka menjadi bosan dan kesepian," katanya. "Mereka menginginkan semacam kesibukan dan, pada saat yang sama ingin ada sosok yang bisa menemani - hewan peliharaan adalah solusi sempurna untuk masalah tersebut."
Dunn mengatakan anjing juga memberikan orang-orang kesempatan untuk pergi keluar dan berolahraga.
Menurutnya, alasan terbesar mengapa orang-orang di Jepang membeli hewan peliharaan adalah untuk dukungan psikologis, entah mereka melakukannya secara sadar atau tidak.
Tetapi ada beberapa tantangan saat memelihara hewan di Jepang.
Banyak orang di daerah perkotaan tinggal di apartemen tanpa taman atau ruang hijau yang tersedia.
Solusi toko hewan peliharaan untuk ini adalah mempromosikan hewan yang lebih cocok di dalam ruangan.
Aksesoris hewan peliharaan ikut naik daun
Yuka Ito memiliki hamster yang berusia hampir 3 tahun di rumahnya di Yokohama. Kedua anaknya, Rio dan Dan, bertanggung jawab untuk merawatnya.
"Saya pikir penting bagi anak-anak untuk memiliki hewan peliharaan karena mereka belajar tentang tanggung jawab," katanya. "Mereka harus memberinya makan, mengganti alas untuk tidurnya di kandang dan memastikan hewannya sehat."
"Memiliki seekor hewan peliharaan berarti akan membuat sulit untuk pergi selama lebih dari beberapa hari, tentu saja, tetapi manfaatnya lebih banyak daripada kerugiannya," kata Ito menambahkan.
"Suamiku selalu mengatakan bahwa dia bahagia saat pulang kerja dan anak-anak sedang tidur, tapi hamster ada di kandang untuk menyambutnya,” ujarnya.
Ito juga mengaku sesekali memanjakan hamster-nya, Blanc, dengan memberi biji bunga matahari.
Banyak pemilik hewan peliharaan di Jepang berasal dari rumah tangga berpenghasilan menengah ke atas, sehingga lonjakan penjualan hewan peliharaan diikuti dengan munculnya rangkaian aksesori hewan yang beraneka ragam.
Toko hewan peliharaan di Jepang sering kali menyediakan beragam jenis pakaian untuk anjing, dari jas hujan hingga pakaian mewah.
Selain kalung, mainan, dan tempat tidur hewan, produk yang paling populer adalah kereta bayi untuk membawa hewan peliharaan ke taman.
Permintaan spesies eksotis
Dunn mengatakan dia juga memperhatikan, sejumlah orang mencari "hewan yang lebih eksotis dan tidak biasa sebagai hewan peliharaan."
"Ini mungkin salah satu bentuk peningkatan lain, mereka tidak lagi puas hanya dengan memiliki anjing, jadi mereka membeli ikan yang sangat mahal, reptil atau burung langka," katanya.
Awal bulan ini, polisi di Yokohama mendapat panggilan ketika ular sanca batik berwarna kuning sepanjang 3,5 meter kabur dari kandang ular di apartemen pemiliknya.
Hilangnya ular seberat 10 kilogram itu menimbulkan kekhawatiran di lingkungan sekitar dan menjadi berita utama di media lokal. Ular itu akhirnya ditemukan dua minggu kemudian bersembunyi di loteng apartemen pria itu.
Ada juga permintaan konstan yang masuk ke kolektor spesies hewan langka dan dilindungi, seperti kadal atau serangga. Petugas bea cukai di bandara Jepang secara teratur melaporkan penangkapan orang-orang yang mencoba membawa spesies yang terancam punah ke negara tersebut.
Kelompok perlindungan hewan juga menyatakan keprihatinan atas ledakan jumlah hewan peliharaan selama pandemi. Mereka memperingatkan bahwa pemilik perlu diingatkan bahwa hewan mereka tidak dapat diperlakukan sebagai mainan sekali pakai setelah kehidupan kembali normal, dan mereka harus terus merawat hewan peliharaan mereka. (pkp/as)