Bumi Hangus Dresden Pemicu Anti Perang Jerman
14 Februari 2015Dresden tanggal 13 Februari tepat 70 tahun lalu, dibumihanguskan serangan 245 pesawat pembom Lancaster armada ke-lima angkatan udara Inggris. Dalam waktu hanya 23 menit, kota strategis penting bagi rezim NAZI di tepi sungai Elbe di timur Jerman yang berpenduduk 630.000 jiwa itu hancur jadi lautan api.
Sekitar 400.000 bom dijatuhan RAF, ke kota yang diyakini amat strategis dan bisa dijadikan basis pertahanan jika Hitler dan pasukannya mundur dari Berlin. Tentara Merah Uni Sovyet yang bertahan sekitar 80 km di timur Dresden menggambarkan hebatnya pemboman. Api kebakaran kota masih bisa dilihat dari jarak 320 km dan hingga ketinggian 6.700 meter pilot pesawat pembom masih merasakan panasnya api.
Berapa jumlah korban tewas akibat serangan bom itu? Tidak ada yang bisa menjawab persisnya. Rezim NAZI, untuk maksud propaganda, mendongkrak naik jumlahnya dengan menyebut hingga 200.000 warga sipil tewas. Penyidikan komisi independen 50 tahun kemudian, menaksir hingga 25.000 korban tewas.
Yang sudah jelas, serangan-serangan angkatan udara sekutu saat Perang Dunia II, khususnya RAF Inggris yang membumihanguskan sekaligus meluluhlantakan kota-kota besar di Jerman, seperti Dresden Koeln, Hamburg atau Berlin, diyakini jadi pendorong sikap anti perang Jerman dewasa ini. Serangan bom ketika itu, menurut PM Inggris Winston Churchill, adalah metode perang untuk meruntuhkan moral NAZI Jerman.
Juga serangan udara yang membumihanguskan Dresden menjadi elemen yang mempererat kerjasama antara pasukan sekutu Barat dan Tentara Merah Uni Sovyet, untuk segera mengakhiri perang dan menundukkan NAZI Jerman. Sebuah kerjasama yang beberapa bulan kemudian memaksa Hitler bertekuk lutut menyerah.
Tepat 70 tahun lalu, Dresden harus membayar mahal bagi metode perang total yang dlancarkan Hitler. Jerman bisa menarik pelajaran berharga, bahwa perang selalu memicu kesengsaraan rakyat, dan diduga ini alasannya hingga beberapa dekade Jerman menolak terlibat dalam misi perang di luar negeri.