Buntut Kerusuhan di Sentani, Sejumlah Perwira Dicopot Jabatannya
30 April 2009Markas TNI Angkatan Darat langsung mencopot jabatan sejumlah perwira yang dianggap bertanggung jawab atas unjuk rasa yang berbuntut kerusuhan, yang dilakukan oleh ratusan prajurit Batalyon 751 di markas mereka di Sentani, Rabu kemarin (29/04).
Selain kepada para perwira, sanksi hukum juga akan dijatuhkan terhadap puluhan serdadu yang dianggap melanggar disiplin prajurit. Juru Bicara TNI AD, Christian Zeboa, mengungkapkan, pihaknya juga berupaya mencari tahu, kemungkinan adanya penggerak dalam insiden itu.
Rabu kemarin (29/04), para prajurit itu mengamuk dengan melepaskan tembakan membabi buta, merusak kantor dan memburu komandan mereka. Para prajurit yang marah juga memblokade jalan. Sejumlah wartawan yang meliput kejadian itu bahkan dikejar dan dirampas kameranya.
Sejauh ini pemicu aksi masih simpang siur. Markas Besar Angkatan Darat menyebutkan aksi itu semata-mata merupakan buntut kekecewaan prajurit terhadap komandan, yang dianggap kurang peduli dengan prajurit. Namun juga dilaporkan peristiwa itu dipicu oleh praktik pemotongan uang kesejahteraan prajurit oleh para komandan dan perwira batalyon. Juru bicara militer, Christian Zeboa, mengisahkan protes bermula ketika salah seorang serdadu, yaitu Joko S., yang bertugas di perbatasan antara Papua dengan Papua Nugini meninggal dunia.
“Minggu lalu seorang prajurit kita meningal dunia karena sakit. Orang tua yang bersangkutan memohon agar jenazahnya dipulangkan ke Nabire. Komandan batalyon berusaha mengirimkannya tapi mahal sekali, karena harus carter pesawat sekitar 90 juta Rupiah. Batalyon tak punya biaya sebesar itu. Akhirnya disepakati, para prajurit patungan 50 persen, batalyon 50 persen. Semuanya tadinya berjalan lancar. Sehingga jenazah dibawa ke Nabire dan dikuburkan dengan baik.“
Namun ternyata para serdadu merasa tidak puas dengan keputusan sang komandan. Para serdadu beranggapan bahwa seharusnya pihak militerlah yang membayar biaya sewa pesawat untuk memulangkan jenazah tersebut, bukan dengan mengambil sebagian uang mereka, di tengah minimnya anggaran bagi parjurit. Para prajurit bermaksud menemui sang komandan untuk menyampaikan protes. Melihat para prajurit tersebut emosi, komandan batalyon menghindar dan tak menerima berdialog. Akibatnya markas batalyon menjadi sasaran kemarahan dan diamuk oleh para tentara tersebut.
Aksi protes para tentara itu sempat menyebabkan aktivitas Kota Sentani lumpuh dan mencekam. Namun Kamis ini (30/04) dilaporkan situasi sudah normal kembali.
Zaki Amrullah
Editor: Yuniman Farid