1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Serikat

Cek Fakta DW: Elon Musk Sebarkan Kebohongan soal Pemilu AS

4 November 2024

Miliarder pemilik perusahaan teknologi X, Elon Musk, menyebarkan klaim-klaim bohong mengenai pemilu Amerika Serikat dan membentuk opini publik. DW melakukan pengecekan fakta terhadap tiga narasinya.

https://p.dw.com/p/4mYXF
Elon Musk melompat ke atas panggung saat calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, berbicara dalam kampanye di Butler, Pennsylvania pada 5 Oktober 2024
Elon Musk melompat ke atas panggung saat calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, berbicara dalam kampanye di Butler, Pennsylvania pada 5 Oktober 2024Foto: Evan Vucci/picture alliance/AP

Keterlibatan orang terkaya di dunia, Elon Musk, dalam politik Amerika Serikat (AS), menunjukkan bahwa seorang miliarder yang memiliki kendali atas media sosial dapat memengaruhi opini publik yang kemudian berpotensi memengaruhi pemilihan umum.

"Sejak Elon Musk mengambil alih X, platform ini telah berubah menjadi neraka kebencian dan disinformasi - yang sebagian besar berasal dari Mr. Musk sendiri,” kata Imran Ahmed, Kepala Pusat Penanggulangan Kebencian Digital (CCDH), kepada DW.

Tidak seperti kebanyakan miliarder teknologi dan donatur politik lainnya, keterlibatan politik Musk sangat terlihat dan semakin meningkat menjelang pemilihan Presiden AS pada 5 November 2024. Laporan CCDH baru-baru ini menemukan bahwa klaim Musk yang salah atau menyesatkan tentang pemilu AS telah ditonton sebanyak 1,2 miliar kali antara Januari dan Juli 2024 di platform media sosial X (sebelumnya Twitter), yang ia miliki.

Elon Musk mengenakan topi hitam bertuliskan “Make America Great Again” dalam sebuah kampanye calon Presiden AS, Donald Trump di Butler, Pennsylvania (5/10/2024)
Dalam cek fakta yang dilakukan DW, Elon Musk menyebarkan beberapa klaim palsu menjelang pemilu ASFoto: Kevin Dietsch/Getty Images

Peran Musk sebagai sumber misinformasi dan disinformasi tidak hanya terbatas pada unggahannya sendiri. Dia sering me-retweet atau terlibat dengan klaim dan teori konspirasi yang salah dan menyesatkan, yang kemudian membuat unggahan-unggahan tersebut memiliki jangkauan yang sangat luas.

Berikut adalah tiga contoh bagaimana Musk menyebarkan klaim palsu menjelang pemilu AS.

1: Narasi palsu tentang hak pilih para migran

Klaim: Pada bulan Juli, Ketua DPR AS dari Partai Republik Mike Johnson mengatakan bahwa Partai Demokrat "ingin mengubah orang asing ilegal menjadi pemilih.” Musk me-retweet klaim ini, menambahkan bahwa "tujuannya selama ini adalah untuk mengimpor sebanyak mungkin pemilih ilegal,” menyiratkan bahwa para imigran dibawa masuk ke AS untuk mendukung Partai Demokrat. Unggahan tersebut telah dilihat lebih dari 45 juta kali.

Cek Fakta DW | Elon Musk soal pemilih ilegal
Hasil Cek Fakta DW: Musk telah membuat klaim palsu tentang 'pemilih ilegal'Foto: X/@elonmusk

Cek fakta DW: Salah.

Hanya warga negara AS yang dapat memberikan suara dalam pemilihan umum federal AS.

"Non-warga negara, termasuk penduduk tetap yang sah, tidak dapat memberikan suara dalam pemilu federal, negara bagian, dan sebagian besar pemilu lokal,” menurut pernyataan di USA.gov, situs web resmi pemerintah AS.

Hukum federal secara tegas melarang warga negara asing untuk memberikan suara dalam pemilihan Presiden AS.

Musk juga menyatakan bahwa hanya dibutuhkan "kurang dari lima menit dan tanpa dokumentasi” dengan bantuan sebuah aplikasi untuk disetujui sebagai imigran ilegal dan diterbangkan ke AS dengan biaya dari para pembayar pajak Amerika. Musk mengunggah ulang sebuah video yang menuding bahwa dengan menggunakan aplikasi CBP One, orang asing dalam jumlah yang tidak terbatas dapat masuk ke AS. Aplikasi ini dikembangkan oleh badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS dan digunakan untuk menjadwalkan janji temu untuk pemrosesan suaka. Namun, hanya dengan mendaftar di aplikasi ini tidak menjamin Anda bisa masuk ke AS.

Meski begitu, unggahan Musk telah dilihat hampir 20 juta kali dan dibagikan puluhan ribu kali.

Pagar pembatas di perbatasan AS-Meksiko
Imigrasi menjadi isu utama dalam pemilihan umum di Amerika Serikat tahun iniFoto: DW

2: Mengunggah gambar palsu Kamala Harris

Klaim: Pada awal September, Musk mengunggah sebuah gambar yang menunjukkan calon presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris mengenakan pakaian komunis berwarna merah dengan palu dan arit di topinya, dengan keterangan: "Kamala bersumpah untuk menjadi diktator komunis pada hari pertama. Bisakah Anda percaya dia memakai pakaian itu!?” Unggahan ini dengan cepat menjadi viral, mencapai lebih dari 80 juta tampilan.

Cek Fakta DW | Elon Musk soal Kamala Harris sebagai diktator
Pada bulan September, Musk mengunggah foto Kamala Harris yang dibuat oleh AI Foto: X/@elonmusk

Cek fakta DW: Palsu.

Ini bukan foto asli Harris. Foto tersebut dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI), seperti yang terlihat dari ketajaman gambar Harris dengan latar belakang yang kabur dan warna-warna yang sangat cerah. Alat pendeteksi gambar AI yang canggih seperti truemedia.org menemukan "bukti substansial manipulasi.”

Sander van der Linden, seorang profesor di University of Cambridge di Inggris dan penulis "Foolproof: Mengapa Misinformasi Menginfeksi Pikiran Kita dan Bagaimana Membangun Kekebalan” mengatakan kepada DW bahwa informasi yang salah mengikis kualitas wacana demokratis, menurunkan kepercayaan pada proses dan hasil pemilu, dan bagi sebagian orang bahkan dapat mengubah cara mereka memilih. 

Dengan kekayaan bersih lebih dari $263 miliar atau setara Rp4,1 kuadriliun per November (menurut Forbes), Musk adalah orang terkaya di dunia, dan menjadikannya influencer yang unik. Dia punya lebih dari 200 juta pengikut di media sosial. Sebagai perbandingan, Taylor Swift memiliki lebih dari 500 juta pengikut.

Musk membeli Twitter pada tahun 2022, dan mengubah namanya menjadi X
Musk membeli Twitter pada tahun 2022, dan mengubah namanya menjadi XFoto: Jaque Silva/SOPA Images via ZUMA Press Wire/picture alliance

Sejak mengakuisisi Twitter dua tahun lalu dan mengubah namanya menjadi X, Musk telah melakukan berbagai hal seperti mengembalikan akun mantan Presiden Donald Trump, yang sempat ditangguhkan akibat unggahan kontroversial Trump setelah pemilihan presiden terakhir di tahun 2020, yang akhirnya ia kalah. Trump memiliki lebih dari 92 juta pengikut di X, dan kurang dari 8 juta pengikut di platform media sosialnya sendiri, Truth Social.

3: Mempertanyakan proses pemilihan umum

Musk telah memperkuat klaim bahwa ada sesuatu yang salah dengan daftar pemilih di negara bagian Michigan. Klaim awal - bahwa Michigan memiliki lebih banyak pemilih daripada penduduk yang memenuhi syarat untuk memilih - telah dibantah oleh Pusat Fakta Pemilu Michigan.

Klaim: Musk menggandakan klaimnya pada pertengahan Oktober dan menuduh Sekretaris Negara Bagian Michigan Jocelyn Benson tidak jujur, dengan menulis, "Anda hanya berencana untuk menghapus pemilih yang tidak memenuhi syarat SETELAH pemilihan. Itu berarti ada lebih banyak orang yang terdaftar untuk memilih daripada jumlah pemilih yang memenuhi syarat.”

Cek fakta DW: Menyesatkan.

Berdasarkan hukum negara bagian dan federal di AS, pemilih hanya akan dihapus dari daftar pemilih setelah mereka menerima pemberitahuan bahwa pendaftaran mereka dapat dibatalkan dan dua siklus pemilu federal berikutnya telah berlalu tanpa ada tanggapan atau aktivitas pemungutan suara.

Cek Fakta DW | Elon Musk soal proses pemilu
Unggahan Musk yang menyesatkan tentang jumlah pemilih di MichiganFoto: X/@elonmusk

"Michigan telah melakukan lebih banyak hal dalam lima tahun terakhir untuk meningkatkan akurasi daftar pemilih kami dibandingkan dengan dua dekade sebelumnya,” kata negara bagian tersebut di situs web informasi pemilihannya.

"Sejak 2019, petugas pemilu telah membatalkan lebih dari 800.000 pendaftaran pemilih dan mengidentifikasi lebih dari 600.000 yang dijadwalkan untuk dibatalkan pada tahun 2025 dan 2027 setelah periode dua siklus pemilu federal yang diwajibkan secara hukum telah berlalu.”

Apa yang memotivasi Musk?

Musk dan Trump memiliki hubungan yang kompleks. Selama kampanye Trump tahun 2016, Musk secara terbuka mempertanyakan kelayakan Trump untuk menjabat. Trump kemudian menunjuk Musk sebagai dewan penasihatnya, peran yang akhirnya ditinggalkan Musk karena tak ada kesepakatan kebijakan.

Van der Linden, dari University of Cambridge, berpendapat bahwa Musk yakin kemenangan Trump akan menjadi kepentingan terbaik bagi bisnisnya. Hal ini mungkin termasuk "kemungkinan lebih banyak kontrak dari NASA untuk SpaceX, lebih banyak kontrak federal untuk Starlink, dan kebebasan untuk menjalankan X sesuka hatinya tanpa pengawasan pemerintah terhadap perusahaan media sosial,” katanya.

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris