Ambisi Cina Masuk Perlombaan Luar Angkasa di Bulan
1 Oktober 2024Wadah khusus seukuran toples selai, dan diisi dengan debu abu-abu. Labelnya bertuliskan "CE6C500.” Seorang pria beruban menggunakan kaca pembesar untuk melihat lebih dekat. Di dalam ruangan itu ada Presiden Cina Xi Jinping bersama dengan seluruh anggota Politbiro.
Pada 23 September 2024, para peneliti ruang angkasa terbaik Cina berkumpul di Aula Besar Rakyat di pusat kota Beijing. Pada acara itu, para pemimpin negara diberi kesempatan untuk melihat sekilas ke luar angkasa, dan lebih khusus lagi, melihat debu dari sisi gelap bulan.
Pada bulan Juni 2024, Cina menjadi negara pertama yang berhasil mengumpulkan batu dari sisi bulan yang membelakangi Bumi.
"Dua puluh tahun misi ke bulan adalah salah satu dari banyak contoh yang menunjukkan kekuatan bangsa kita. Kami telah mencapai penelitian mutakhir dan kinerja yang luar biasa - tidak tergantung pada siapa pun,” kata Xi pada acara tersebut.
Misi "Chang'e-6”, yang dinamai sesuai dengan nama seorang dewi Cina yang konon tinggal di bulan bersama seekor kelinci giok, membawa pulang 1.935 gram sampel ke Bumi.
Dalam misi sebelumnya, yaitu "Chang'e-5,” sebanyak 1.731 gram sampel batuan dikumpulkan pada Desember 2020, tetapi dari sisi bulan yang menghadap ke Bumi.
Hadiah dari bulan
Di masa lalu, Cina telah menggunakan sampel bulan sebagai cara untuk mendorong kerja sama internasional dalam penelitian.
Batu bulan "Sampel 001” dapat ditemukan di Museum Nasional Cina. Sejumlah kecil juga disimpan di kota kelahiran pendiri negara Mao Zedong di Shaoshan - sebuah isyarat politik dari Partai Komunis.
Pemerintah di Beijing dengan terampil menggunakan sampel bulan dalam diplomasi. Namun, ide untuk memberikan hadiah dari bulan awalnya berasal dari Washington.
Sebelum terjalinnya hubungan diplomatik antara Cina dan AS, Zbigniew Brzezinski, penasihat keamanan Presiden AS Jimmy Carter, memberikan satu gram batu bulan kepada pemerintah Cina dalam kunjungannya pada tahun 1978.
Sampel bulan pertama Cina dikirim ke Rusia
Presiden Vladimir Putin menerima 1,5 gram batu bulan selama kunjungannya ke Cina pada April 2022.
Setahun kemudian, Putin membalas budi dan memberikan 1,5 gram sampel bulan kepada Xi dari misi bulan Uni Soviet pada 1970-an.
Prancis juga menerima sampel bulan dari Beijing pada 2023, bersama dengan pesan: "Untuk penelitian bersama.”
Sampel tersebut disimpan di Museum Sejarah Alam Paris. Hadiah tersebut diberikan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron selama kunjungan kenegaraannya ke Cina.
Geopolitik di luar angkasa
Ketika NASA di Amerika Serikat kembali menjajaki ide misi ke bulan, kerja sama dengan Cina menjadi hal yang tidak mudah, karena kedua negara terjerat dalam persaingan geopolitik.
Pada tahun 2011, sebagai bagian dari perdebatan anggaran, Kongres AS menyetujui undang-undang yang melarang NASA bekerja sama dengan Cina dengan cara apa pun.
Menurut sebuah laporan dari National Security Space Association (NSSA) di Arlington, persaingan geopolitik jangka panjang tidak hanya akan terjadi di ruang angkasa dekat Bumi, tetapi juga akan meluas ke seluruh sistem Bumi-Bulan.
"Cina melihat dirinya dalam perlombaan antariksa baru dengan AS yang ingin dimenangkannya,” tulis peneliti NSSA, Marc Berkowitz dan Chris Williams.
Menurut sebuah laporan, NASA disebut telah menginformasikan kepada semua ilmuwan AS melalui email internal bahwa mereka dapat mengajukan permohonan untuk meminta sampel dari Chang'e-5 kepada Badan Antariksa Nasional Cina (CNSA) untuk tujuan penelitian.
NASA telah menyerahkan sertifikat kepada Kongres AS yang menyatakan bahwa "tidak ada risiko terhadap transfer data dan teknologi” dalam kasus ini.
Sejauh ini, sebanyak 12 orang -- yang semuanya adalah astronot NASA, telah berjalan di bulan. Mereka membawa total 381,7 kilogram batu dari bulan ke Bumi. Cina ingin mengejar ketertinggalan dengan cepat.
Badan antariksa Cina telah mengumumkan ambisinya untuk mengirim dan menempatkan astronotnya ke bulan pada tahun 2030. Mereka ingin mencari tahu sendiri apakah benar ada dan di mana tepatnya dewi Chang'e tinggal.
Diadaptasi dari artikel DW bahasa Jerman