Dampak Ekonomi Tewasnya Osama Bin Laden
3 Mei 2011Perdagangan saham di pasar Eropa berada di level tertinggi dalam dua bulan terakhir. Salah satu faktor pendorong adalah kabar tewasnya orang nomor satu Al-Qaida, Osama bin Laden. Berakhirnya perburuan Bin Laden selama hampir 10 tahun membawa angin positif bagi investor ekuitas yang menilai resiko ancaman geopolitis dunia mungkin berkurang.
Indeks saham DAX di Bursa Saham Frankfurt sempat naik 0,2 persen menuju level tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Namun kenaikan sudah perlahan berlangsung dalam 2 pekan terakhir. Para analis melihat dampak positif terhadap pasar tidak akan berlangsung lama. Seperti diungkapkan ekonom senior John Sfakianakis, "Tidak menurut saya. Mungkin hanya perasaan sementara kalau semuanya akan membaik. Tapi masih ada masalah utang negara di Eropa, tantangan jangka panjang terhadap perekonomian Amerika Serikat, premi resiko akibat ketidakpastian di Timur Tengah. Harga minyak dunia yang terus naik menjadi resiko bagi ekonomi dunia."
Situasi Timur Tengah Pengaruhi Harga Komoditas
Harga minyak dunia cenderung naik dalam beberapa bulan terakhir karena para investor khawatir akan potensi gangguan suplai, seperti akibat konflik di Libya. Ekonom James Williams menilai kabar tewasnya Bin Laden tidak akan mengubah permintaan ataupun suplai minyak mentah secara fundamental. Justru menurut Williams, kabar tewasnya sosok dibalik serangan 11 September tersebut dapat mendorong lebih banyak kekerasan dalam waktu dekat. Para pengikutnya akan berusaha membalas dendam. Prediksi serupa datang dari Robert Halver, analis dari Bank Baader. "Terorisme menjadi fakta dasar dalam analisa pasar modal. Terorisme tidak akan berhenti begitu Osama bin Laden tewas. Masih ada bahaya besar yang harus dihadapi dalam beberapa bulan dan bertahun-tahun ke depan," ujar Halver.
Resiko terbesar terutama masih dihadapi negara-negara Timur Tengah. John Sfakianakis sebagai analis Banque Saudi Fransi, bank Timur Tengah yang juga beroperasi di Eropa, mengakui hal itu, "Untuk negara-negara tertentu seperti Yaman, terorisme masih menjadi isu karena Al-Qaida mengakar di Yaman. Arab Saudi juga akan tetap waspada terhadap Al-Qaida. Arab Saudi cukup sukses memerangi Al-Qaida sejak tahun 2004. Tapi isu terbesar saat ini tentu Libya, juga kekerasan yang masih terus berlangsung di Suriah."
Tewasnya Bin Laden baru akan berdampak positif dalam jangka panjang jika mampu mempercepat keputusan Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk mengakhiri perang di Afghanistan. Harga minyak baru akan cenderung menurun. Perdamaian di Timur Tengah, Afrika Utara atau bahkan Asia Barat jelas berdampak positif terhadap pasar.
Osama Tewas Tak Sebesar Pengaruh 11 September
Tewasnya Bin Laden bahkan tidak banyak berpengaruh bagi harga bahan bakar di Amerika. Begitu juga dengan harga emas. Dolar menguat atas Yen namun tetap lemah atas Euro. Reaksi sesaat pasar sangat tidak sebanding dengan biaya ekonomi yang telah dikeluarkan selama ini untuk melawan terorisme dalam 10 tahun terakhir. Tilman Brück dari Institut Riset Ekonomi di Berlin mengatakan tidak ada angka pasti. Namun menurut laporan CNN, sejak 11 September hingga operasi yang menewaskan Bin Laden, pemerintah Amerika Serikat telah mengeluarkan ratusan miliaran Dolar demi keamanan warga.
Sepekan setelah serangan 11 September, pembuat kebijakan Amerika menyetujui dana darurat sebesar 40 miliar Dolar. Sebagian besar lari ke departemen yang mengurusi keamanan dalam negeri. Menurut proyeksi pemerintahan Obama, anggaran yang telah dihabiskan untuk departemen tersebut akan mencapai 71 miliar Dolar pada tahun 2012. Angka yang lebih tinggi dari produk domestik bruto 132 negara di tahun 2009.
Pasar saham dunia anjlok menyusul hancurnya menara kembar World Trade Center. Ketua bank sentral Amerika saat itu, Alan Greenspan, memompa uang ke bank-bank untuk mendorong likuiditas dan menghindari resesi global. Aliran dana akhirnya dialokasikan untuk memberi pinjaman untuk perumahan bagi warga kelas menengah dan kelas bawah. Efek jangka panjangnya sudah jelas. Krisis kredit subprima di Amerika, kemudian krisis finansial global yang berujung pada resesi global. Dampak tidak langsung dari serangan 11 September.
Rolf Wenkel/rtr/afp/Carissa Paramita
Editor: Vidi Legowo-Zipperer