Dampak Konsumsi Daging Sapi
21 Desember 2012Daging goreng, sosis goreng, ham Schwarzwälder, dan banyak lagi makanan Jerman lainnya yang terbuat dari daging dan disantap untuk sarapan, makan siang atau makan malam. Orang Jerman menyukai produk hewan. Pria Jerman mengkonsumsi rata-rata 1,2 kilo daging setiap minggu, sedangkan perempuan separohnya.
Kebutuhan akan daging semakin meningkat. Pada 50 tahun terakhir, konsum daging secara global meningkat empat kali, dan menurut laporan agraria dunia, kini konsumsi daging sekitar 283 juta ton per tahun.
"Persaingan antara piring dan tempat makanan hewan"
Produksi sekian banyaknya daging menimbulkan dampak. " Terdapat persaingan antara piring dan tempat makanan hewan", kata Nicole Maisch, jurubicara urusan konsumen dari fraksi Partai Hijau kepada Deutsche Welle.
Makanan hewan memerlukan lahan tanaman sendiri, sementara jumlah lahan subur di dunia ini terbatas. 30 persen panen gandum di dunia dikonsumsi hewan dan bukan untuk makanan manusia. "Jika kita hendak kenyang semua, kita tidak boleh mengkonsumsi daging dalam jumlah setinggi saat ini", ujar Maisch.
Faktor lainnya adalah air yang merupakan bahan dasar yang sangat berharga, Untuk produksi satu kilo daging sapi diperlukan sampai 40.000 liter air, tambah Maisch. Sedangkan UNICEF melaporkan, sekitar 783 juta orang di dunia tidak memiliki air bersih.
Konsumsi daging juga memainkan peran penting bagi perubahan iklim. Pasalnya 18 persen gas rumah kaca yang dilepaskan secara global berasal dari peternakan hewan. Jumlah ini melampaui jumlah dari sektor lalu lintas.
Pemasok gizi atau penyebab kanker?
Daging pada dasarnya tidaklah buruk bagi kesehatan. "Daging adalah pemasok protein berkadar tinggi dan vitamin B yang penting", kata Antje Gahl dari Lembaga Nutrisi Jerman (DGE) kepada Deutsche Welle. "Bila menaati jumlah yang disarankan, orang dapat mengambil keuntungan dari gizi yang berkadar tinggi tanpa harus ikut mengkonsumsi zat sampingan yang tidak diinginkan."
Jumlah yang disarankan DGE berkisar 300 sampai 600 gram per minggu. Tapi pria rata-rata mengkonsumsi jauh lebih banyak, dan ini bisa menimbulkan bahaya, kata pakar gizi itu: "Daging yang merah meningkatkan risiko kanker usus besar dan poros usus."
Daging yang berwarna merah, misalnya daging sapi, babi dan kambing lebih banyak mengandung zat besi heme ketimbang daging berwarna putih seperti ayam. Zat besi jenis ini misalnya terikat dalam zat merah, pemberi warna darah dan secara kimiawi berbeda dari zat besi non heme serta lebih mudah diserap tubuh.
Namun zat besi heme memicu pembentukan persenyawaan yang menyebabkan kanker usus. "Proses ini terjadi pada konsumsi sekitar 60 gram daging merah per hari", kata Gahl.
Thomas Vogelsang, pemimpin Ikatan Industri Produk Daging Jerman menyikapi secara kritis hasil studi mengenai akibat konsumsi daging terhadap kesehatan. Terkait risiko tinggi terkena kanker melalui daging merah, ia mengatakan bahwa misalnya minuman Coca Cola juga berbahaya bila dikonsumsi secara berlebihan: "Semuanya adalah racun, hanya jumlahnya yang menentukan."
Alternatif vegetarian
Aksi seminggu sekali di berbagai kantin, di sekolah dan di kampus, seperti Veggi Day yang menawarkan makanan vegetarian atau tanpa daging, dilihat Vogelsang dengan pesimis karena bersifat "mendidik rakyat".
"Kami tidak ingin memaksa membahagiakan orang", jawab Michael Faber, pemimpin fraksi Partai Kiri di Bonn. Sejak tahun 2010 dia aktif mengupayakan Veggi Day di Bonn. Langkah sukarela menuju pengurangan konsumsi daging tak dapat dielakkan lagi, tambahnya.
Dia menegaskan bahwa tujuan Veggi Day adalah menunjukkan kepada masyarakat bahwa makanan vegetarian tidak berarti hilangnya kualitas kehidupan, melainkan bisa menjadi suatu keuntungan."
Tawaran makanan tanpa daging dalam jumlah yang besar dapat dinikmati pengunjung "Cassius Garten" di stasiun pusat di kota Bonn. Sejak 23 tahun, restoran ini menawarkan makanan "bergizi tinggi", demikian tertulis pada pintu masuknya. Meskipun semua makanan tanpa daging, dalam daftar menu tidak ada dicantumkan kata "vegetarian", tukas Jan Lüth, si pemilik restoran.
Lüth berasumsi bahwa 80 persen pengunjung restorannya bukan vegetarian. Mereka datang hanya karena ingin menikmati makanan dari bahan yang segar.
Dua lantai di bawah meja prasmanan restoran itu, dua penggiling gandum berprotein tinggi bekerja. Mulai jam 9 pagi, 15 orang di dapur besar menyiapkan 60 selada yang berbeda bagi tamu-tamu yang berdatangan untuk makan siang. Lüth bangga atas tawaran vegetarian yang beraneka ragam di restorannya, namun secara pribadi ia tidak menolak untuk sekali-kali menikmati sepotong daging.
Konsumsi yang bervariasi dengan produk tepung berprotein tinggi dan sayur-sayuran, tidak bermasalah, kata Antje Gahl dari DGE: "Daging selalu memainkan peran penting, jadi orang tidak harus berhenti mengkonsumsinya, namun sebaiknya dikurangi."