Definisi Kecantikan dalam Seni
22 Maret 2013Tema kecantikan dibahas di mana-mana dan mendominasi berbagai media, juga iklan. Pengaruhnya tidak hanya pada jiwa tapi juga mengubah bentuk tubuh manusia. Semakin banyak orang menjalani operasi plastik dengan tujuan mendekati apa yang dianggapnya kecantikan ideal.
Seni berusaha mencapai ideal, demikian pula bagaimana mereka menggambarkan kecantikan ideal. "Lebih dari ratusan tahun seni adalah instansi kecantikan," tulis kritisi Hanno Rautenberg. Seni, kata Rautenberg, "dipandang sebagai kecantikan itu sendiri. Gambar-gambarnya mempengaruhi gambaran kita tentang keperawanan, ciri khas seorang wanita, tentang laki-laki yang bangga ataupun yang terpuruk."
Mencari Kecantikan Ideal
Pameran di Museum Städel Frankfurt, mengambil aksen era Klasik dan Romantik di Jerman (1785-1835). "Seperti dulu kenyataannya yang dicari sesuatu yang ideal. Yakni mencari lebih sedikit atau lebih besar dari apa yang ada di alam." Kata Dr. Eva Mongi-Vollmer, kurator pameran kepada DW. "Kepuasan terhadap kondisi alam masih belum tercapai, tujuan mencapai sesuatu yang ideal masih terus berlanjut." Yakni tujuan manusia mencapai apa yang dianggapnya optimal, "kecantikan sempurna", sudah terjadi sejak masa Antik pada bangsa Yunani dan Romawi, yang berlanjut hingga kini.
Terdapat lingkup yang luas tentang bentuk kecantikan dalam sejarah seni. Gambaran "kecantikan" di masyarakat seperti dalam seni, terus berubah. Dulu sekali, memiliki banyak lemak dipandang "cantik." Di masa Antik ukuran tubuh ideal menjadi kriterianya. Patung-patung terkenal Yunani dan Romawi menunjukkan itu. Kecantikan ideal di era itu meninggalkan pengaruh kuat di benak manusia modern. Jika orang melihat iklan banyak salon kecantikan saat ini, sering ditemukan kembali gambaran dan ukuran abad Antik.
Kadang Gemuk, Kadang Kurus...
Sebaliknya di Abad Pertengahan tidak selalu demikian. Kadang yang kurus yang mendominasi, kadang postur gemuk. Juga abad Renaissance dan Barock diwarnai aksen berbeda.
Figur-figur yang menjadi ciri khas dalam lukisan Rubens, kini juga diketahui oleh orang yang tidak suka seni. Klasik dan Romantik banyak mengambil kembali gambaran abad Antik. Terutama penulis seni Jerman Johann Joachim Winckelmann lewat karyanya "Panduan abad Klasik", "Sejarah Seni abad Kuno" yang mengagumi gaya seni Yunani dan Romawi.
"Pada kenyataannya Abad Antik tidak dipungkiri amat cantik," kata Eva Mongi-Vollmer. "Kecantikan menurut gambaran seni dahulu, adalah tujuan sebenarnya semua karya seni. Tapi kecantikan bukan hanya apa yang dipandang mata di sekitarnya, melainkan sesuatu yang ideal, suatu bentuk tertinggi yang tidak ada di alam. Jadi itu sebetulnya lebih dari sekedar gambaran kecantikan. Dan dengan gambaran ini orang membuat karya seni."
Kecantikan = Pernak-pernik?
Pada abad ke-20 kecantikan ideal semakin luas perbedaannya. Bahkan sampai terjadi pemusnahan semua standar. Picasso dan seniman lainnya menghancurkan keutuhan tubuh, jiwa dan kecantikan. Dan kini setidaknya di bidang seni modern, kecantikan klasik bahkan dipandang mencurigakan, dinilai sebagai pernak-pernik dan dekorasi.
"Seberapapun kita masih dapat bebas dan memutuskan sendiri, pada kenyataannya kita mengikuti instink akar kecantikan masa purba," tulis Hanno Rautenberg. Seluruh sektor ekonomi masa kini, apakah itu industri kecantikan dan operasi plastik, merujuk pada gambaran ideal kecantikan dari abad Klasik dan Antik.