Deforestasi dan Perburuan Ancam Harimau Sumatera
Apakah anak cucu kita masih bisa melihat harimau Sumatera? Kerusakan hutan dan perburuan menjadi ancaman kepunahan harimau Sumatera. Nasib mereka dikhawatirkan akan punah sebagaimana harimau Jawa dan harimau Bali.
Terluka akibat perburuan
Perempuan ini bernama Erni Suyanti Musabine. Ia tampak memonitor kondisi harimau yang terluka akibat ulah pemburu. Selain jadi sasaran perburuan, harimau rawan terlibat konflik dengan manusia dan rentan tertular penyakit dari hewan domestik. Semua faktor tersebut dapat mengancam jiwanya.
Sahabat harimau
Erni Suyanti Musabine tak kenal lelah mengobati dan merawatharimau-harimau terluka. Foto: Erni membantu relokasi harimau yang terluka ke kawasan konservasi Taman Wisata Alam Seblat Bengkulu Utara, 28 Okt 2015.
Kehilangan Habitat dan Diburu
Dari tahun ke tahun habitat harimau Sumatera makin menyempit, sementara perburuan harimau untuk perdagangan gelap masih terus terjadi. Jumlah harimau Sumatera diperkirakan tinggal 400 ekor.
Bahaya dalam penyelamatan
Tampak dalam foto, Erni dan timnya menyelamatkan harimau bernama Elsa di Kabupaten Kaur Bengkulu dan dua ekor harimau lainnya di dekatnya, pada tahun 2014. Jerat Elsa putus sebelum dibius dan ini bersembunyi di semak belukar. Menyuntik bius harimau dalam kondisi seperti itu bukanlah pekerjaan yang mudah dan membahayakan tentunya.
Perdagangan gelap
Meski pemerintah mencanangkan upaya meningkatkan jumlah hewan buas ini sejak tahun 2010, keberadaan harimau Sumatera masih memprihatinkan. Perdagangan gelap merajalela. Kebanyakan bagian tubuh harimau tersebut dijual di toko kerajinan tangan dan penjual obat.
Ditangkarkan di Luar Negeri
Untuk menjaga kelestariannya, harimau Sumatera ditangkarkan di beberapa negara lain, seperti di Inggris.. Baru-baru ini, seekor harimau Sumatera, yang diyakini sebagai harimau tertua di penangkaran, telah meninggal dunia di Hawaii dalam usia 25 tahun.