Derita Pekerja Seks di India Selama Masa Lockdown
14 April 2020Neha (bukan nama sebenarnya), seorang pekerja seks berusia 23 tahun, bekerja di Delhi sementara keluarganya tinggal di negara bagian Haryana, di utara India. Neha menjadi satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga, membiayai pendidikan adik laki-laki dan perempuan, serta tagihan medis untuk ibunya yang sakit.
Penguncian nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah India untuk menahan penyebaran COVID-19 telah membuat Neha dan banyak pekerja seks lain menganggur.
“Jika keadaannya terus begini, hanya ada satu pilihan yang tersisa untuk saya: bunuh diri,” kata Neha kepada DW dalam wawancara telepon.
Keluarga Neha tidak tahu apa-apa tentang pekerjaannya. Mereka mengira ia bekerja di bagian penjualan di sebuah perusahaan skala kecil di Delhi. Pemilik rumah kontrakannya memang telah menghapuskan sewa untuk bulan April, tetapi dia harus membayar bunga untuk sewa bulan depan. “Bagaimana saya akan bisa melakukannya? Saya benar-benar tidak tahu harus melakukan apa,” ujarnya.
Ribuan pekerja seks di seluruh India menghadapi masalah serupa. Menurut organisasi setempat, hampir 5.000 perempuan bekerja sebagai pelacur di daerah Delhi. Mereka pun dilarang mencari nafkah selama masa penguncian ini.
Pengumpulan dana untuk para pekerja seks
Guna membantu pekerja seks di masa-masa sulit seperti saat ini, beberapa organisasi nonpemerintah berusaha mengumpulkan dana. Dalam sebuah surat kepada pemerintah, Komisi Perempuan Delhi mendesak pihak berwenang untuk membantu para pekerja seks.
“Kami mengumpulkan dana untuk para pekerja seks. Banyak orang tergerak untuk membantu kami. Kami telah membantu sekitar 800 pekerja seks sampai saat ini, tetapi itu hanya akan cukup untuk beberapa hari,” ujar Anurag Garg dari organisasi nirlaba Kat Katha.
Amit Kumar, direktur Jaringan Pekerja Seks India, mengatakan kepada DW bahwa banyak pekerja seks telah kembali ke desa karena situasi saat ini. Mereka yang masih di berada Delhi menghadapi situasi yang juga memprihatinkan, ia menambahkan.
“Banyak dari mereka tidak punya apa pun yang bisa dimakan,” kata Kumar. “Pemerintah telah membuat sejumlah pengaturan untuk pekerja migran, tetapi tidak ada yang dilakukan (secara eksklusif) untuk membantu pekerja seks.”
Sektor informal paling terpukul
Sekitar 1,3 miliar orang di India telah terpengaruh akibat kebijakan penguncian yang dimulai sejak 25 Maret lalu. Ada pembatasan izin bagi orang-orang untuk meninggalkan rumah mereka, dan hanya layanan penting yang diizinkan tetap buka.
Pihak berwenang telah mengisyaratkan bahwa mereka akan memperpanjang masa penguncian sampai akhir bulan April. Masih belum jelas bagaimana nasib para pekerja sektor informal di negara itu serta para pekerja yang mengandalkan upah harian.
Di India, pekerja seks menghadapi diskriminasi dan pekerjaan mereka tidak diakui sebagai pekerjaan legal. Bahkan setelah masa lockdown berakhir, jarak sosial akan berdampak negatif pada mata pencaharian mereka.
Mahasweta Mukherjee, direktur organisasi nonpemerintah Durbar, mengatakan bahwa pekerja seks tidak akan dapat memulai kembali pekerjaan mereka bahkan setelah pemerintah mengakhiri masa kuncian. “Mereka harus menunggu setidaknya satu bulan untuk memastikan bahwa pandemi tidak lagi menyebar. Virus ini berisiko tinggi menular di rumah-rumah pelacuran,” kata Mukherje, menambahkan bahwa pemerintah harus mengumumkan paket ekonomi untuk pekerja seks sehingga mereka dapat bertahan hidup melalui krisis ini. (ae/yf)