AS dan Qatar Tandatangani Kesepakatan Anti-Teror
12 Juli 2017Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson hari Selasa (11/7) melakukan pertemuan dengan Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani di Doha. Usai pertemuan, keduanya menandatangani kesepakatan memerangi terorisme, sebagai bagian dari upaya meredakan ketegangan di kawasan Teluk.
Tillerson minggu ini akan melakukan serangkaian pembicaraan untuk menengahi krisis diplomatik antara Qatar dengan Arab Saudi dan sekutunya yang memutuskan hubungan diplomatik dan menutup perbatasan daratnya bulan lalu. Dari Doha, Menlu AS melanjutkan perjalanan ke Jeddah, Arab Saudi.
"Kesepakatan ini memuat serangkaian langkah yang akan diambil kedua negara dalam beberapa bulan dan tahun mendatang untuk melumpuhkan aliran dana terorisme dan mengintensifkan kegiatan kontra-terorisme secara global," kata Tillerson pada konferensi pers bersama di Doha.
Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani mendesak negara-negara yang memberlakukan sanksi terhadap Qatar untuk bekerjasama melawan terorisme dengan menandatangani kesepakatan semacam itu.
Namun Arab Saudi mengatakan kesepakatan itu belum mencukupi.
"Langkah ini tidak cukup," kata sebuah pernyataan gabungan yang dirilis kantor berita resmi Arab Saudi SPA. Selanjutnya disebutkan, keempat negara yang memboikot Qatar akan "secara hati-hati memantau keseriusan otoritas Qatar dalam memerangi segala bentuk pembiayaan, dukungan dan penampungan terorisme."
Departemen Luar Negeri AS memperingatkan bahwa krisis tersebut bisa berlangsung berbulan-bulan. Namun Tillerson menyatakan optimis dapat meredakan situasi.
"Saya berharap kita bisa membuat kemajuan untuk mewujudkan itu," katanya setelah bertemu dengan pimpinan Qatar.
"Qatar telah cukup tegas dalam posisinya dan saya pikir ini sangat masuk akal dan kami ingin melakukan perundingan sekarang, tentang bagaimana kita memandang ke masa depan," kata Tillerson.
Mesir menyatakan, pertemuan wakil keempat negara dengan Tillerson di Jeddah hari Rabu (12/7) "mencerminkan keinginan keempat negara untuk meningkatkan koordinasi dan menggarisbawahi persatuan mereka mengenai cara-cara untuk menghadapi Qatar di masa depan."
Krisis diplomatik ini adalah yang melanda kawasan itu sejak dibentuknya Dewan Kerjasama Teluk Gulf Cooperation Council (GCC) tahun 1981.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir 5 Juni lalu mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar sekaligus memberlakukan serangkaian sanksi terhadap negara itu. Mereka menudur Doha mendukung ekstremisme Islam dan terlalu dekat dengan Iran.
Keempat negara juga mengeluarkan 13 butir tuntutan dan memberi ultimatum 14 hari kepada Qatar yang telah berakhir minggu lalu, antara lain penutupan stasiun siaran Al-Jazeera dan penutupan pangkalan militer Turki di Qatar. Namun Qatar menolak tuntutan itu dan mengatakan, hal-hal yang diajukan tidak realistis dan melucuti kedaulatan negaranya.
Amerika Serikat dan sekutunya di Barat memiliki kepentingan ekonomi dan politik yang luas di kawasan Teluk, yang memasok seperlima kebutuhan minyak dunia. Qatar juga menjadi basis pangkalan udara militer terbesar AS di kawasan Teluk, sementara Bahrain menampung Armada Kelima Angkatan Laut AS.
hp (afp)