1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dilema Jerman: Antara Pembangunan dan Konservasi Satwa Liar

2 Agustus 2024

Jerman punya undang-undang ketat ketika proyek pembangunan perkotaan merambah area konservasi satwa liar. Namun, apakah layak habiskan jutaan euro untuk perlindungan beberapa hewan liar?

https://p.dw.com/p/4j2hE
Seekor hamster liar di Jerman
Sekitar 99% populasi hamster Eropa yang hidup di Jerman telah punahFoto: Oliver Berg/dpa/picture alliance/dpa

Pada pertengahan Juli, tabloid Bild di Jerman menerbitkan berita utama yang mengungkapkan kemarahan terhadap kota Erfurt, di negara bagian Türingen.

Betapa tidak, kota ini berencana menghabiskan hampir €2,5 juta (Rp43,7 miliar) untuk merelokasi segala sesuatu yang berhubungan dengan hamster. Sekitar 39 di antara hamster itu menghalangi proyek penting perluasan sekolah yang akan dimulai pada tahun 2026.

Dengan perhitungan sederhana, Bild menunjukkan bahwa biaya ini akan membengkak hingga sekitar 64 ribu euro atau sekitar 1 miliar rupiah per hamster, menurut dokumen kota.

Berita itu muncul beberapa hari setelah Bild menuduh pemerintah negara bagian di sebelahnya, yakni Sachsen-Anhalt telah "menghambur-hamburkan uang pajak" untuk program pemantauan hamster dan hewan lainnya.

Sontak penduduk Erfurt misuh-misuh. Duit dari mana sebanyak itu? 

Upaya perlindungan hamster di Jerman
Mengumpulkan hamster, dan mencarikan mereka rumah baru, bukan pekerjaan sederhanaFoto: Axel Seidemann/dpa/picture alliance

Biaya pemindahan hamster semahal itu?

"Dalam kasus Erfurt, tentu saja itu adalah jumlah uang yang sangat besar," kata Stefan Petzold, konsultan tata guna lahan dan pembangunan perkotaan di asosiasi lingkungan Jerman, NABU.

Namun ia mengatakan bahwa merelokasi hamster bukanlah tugas yang mudah. Di Jerman hamster sering dijumpai hidup di lahan pertanian subur dataran rendah. Di tempat seperti ini, mereka dapat dengan mudah menggali tanah yang lunak serta menemukan sumber makanan yang dapat diandalkan.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Teknik pertanian modern dan pestisida telah menghancurkan habitat hamster Eropa dalam beberapa dekade terakhir, memusnahkan 99% populasi hamster di Jerman.

"Hewan-hewan ini sudah beradaptasi dengan lingkungan mereka, dan tidak dapat hidup di mana saja," kata Petzold. Lahan yang cocok harus ditemukan, dibeli, dan dipersiapkan untuk hamster dengan lubang hamster yang telah dibor dan ditanami gandum, lupin, dan kacang polong, untuk memberi mereka peluang bertahan hidup sebaik mungkin.

Setelah lokasi siap, hewan-hewan akan dikatalogkan dan dikumpulkan, dipindahkan, lalu dipantau secara berkala selama bertahun-tahun. Ini untuk memastikan mereka beradaptasi dengan habitat yang baru.

Proyek konstruksi sering berbenturan dengan konservasi

"Perlindungan spesies adalah salah satu hambatan terbesar dalam pembangunan di kota ini," Klaus-Martin Groth, mantan hakim pengadilan tingkat tinggi di Berlin, mengatakan kepada surat kabar Berliner Zeitung pada bulan Mei.

"Investor saat ini tidak pernah tahu pasti apakah mereka akan mampu mewujudkan rencana mereka."  

Perusahaan Groth mewakili salah satu dari dua perusahaan yang ingin menginvestasikan uang sebesar €60 juta di Cleantech Business Park di distrik Marzahn di Berlin.

Namun pengadilan administrasi Berlin memutuskan menolak rencana pembangunan ini karena kemungkinan adanya sejumlah populasi katak hijau eropa di lokasi.

Peraturan konservasi Jerman yang ketat berarti "lebih sedikit rumah, lebih sedikit sekolah (...) dan lebih sedikit pekerjaan," keluh Groth.

Rumah hamster hingga semut pernah dipindahkan

Ini bukan pertama kalinya hamster harus direlokasi untuk proyek pembangunan. Pembuat chip asal AS, Intel, yang berencana membangun pabrik senilai €30 miliar di dekat kota Magdeburg di negara bagian Sachsen-Anhalt, telah mengumpulkan puluhan hamster di lahan seluas 400 hektare dan memindahkan mereka ke lokasi sementara, yang pada akhirnya akan memungkinkan mereka berintegrasi kembali ke alam liar.

Perusahaan kereta api nasional Jerman, Deutsche Bahn, juga sering harus merelokasi hewan-hewan yang tinggal di lokasi yang akan dibangun jalur kereta api atau stasiun kereta api yang akan direnovasi.

Selama bertahun-tahun, Deutsche Bahn telah memindahkan burung dan kadal langka di negara bagian Baden-Württemberg, katak di negara bagian Nordrhein-Westfalen, bahkan seluruh sarang semut dari stasiun di Berlin dan Brandenburg ke rumah yang baru. 

Satwa liat di wilayah konstruksi Deutsche Bahn
Deutsche Bahn sering menemukan rumah satwa liar di sepanjang area konstruksi merekaFoto: Sven Hoppe/dpa/picture alliance

Dalam beberapa kasus, anjing pelacak juga dilibatkan untuk membantu menemukan satwa langka di lokasi yang banyak ditumbuhi tanaman. 

Mungkin bentrokan paling terkenal antara hewan dan pembangun terjadi di Dresden, selama pembangunan jembatan Sungai Elbe yang telah lama ditunggu-tunggu. Lokasi yang diusulkan untuk jembatan tersebut diduga menjadi habitat kelelawar tapal kuda kecil, yang terancam punah di Jerman.

Pada tahun 2013, pembangunan jembatan dilanjutkan. Lembah Elbe pun kehilangan status Warisan Dunia UNESCO. Dan kelelawar tersebut akhirnya ditampung di perkebunan semak dengan dana 200.000 euro dan batas kecepatan kendraan maksimum 30 kilometer per jam diberlakukan, yang sebagian masih berlaku hingga saat ini.

Hewan liar penting bagi ekosistem

Dihadapkan pada kritik bahwa konservasi spesies tidak selalu menjadi prioritas, terutama ketika menyangkut penyelamatan puluhan hamster, Verena Riedl, pakar keanekaragaman hayati di NABU, menunjukkan bahwa berdasarkan Pedoman Habitat UE, Jerman bertanggung jawab atas konservasi spesies yang terancam punah ini.

Sekitar 35% spesies hewan asli Jerman terancam punah, dan biomassa populasi serangga telah menurun lebih dari 75% selama beberapa dekade terakhir, bahkan di beberapa cagar alam. Dan ini bukan hanya masalah di Jerman.

"Kita harus melindungi spesies ini selama mereka masih ada, karena begitu mereka punah, Anda tidak dapat menghidupkannya kembali," kata Riedl. Agar suatu ekosistem dapat berfungsi secara normal, tambahnya, jumlah spesies tidak boleh berada di bawah tingkat tertentu.

"Dan kita tidak tahu spesies mana, dan berapa banyak, yang penting untuk menjaga ekosistem yang sehat. Nyamuk pun punya fungsi, meski 'sekadar' jadi makanan burung," ujarnya. (ae/hp)

Laporan tambahan oleh Anke Rasper.