Dua Tokoh Islamis Mesir Ditangkap
29 Juli 2013Kunjungan Catherine Ashton ke ibukota Mesir merupakan yang kedua untuk bulan ini, sebuah tanda kecemasan barat atas berlanjutnya pertumpahan darah.
Lebih dari 260 orang terbunuh sejak kudeta 3 Juli lalu yang menggulingkan presiden Mohamed Mursi yang didukung kelompok Islamis. Insiden paling berdarah mengambil tempat akhir pekan lalu, dengan sedikitnya 83 orang pendukung Mursi terbunuh dalam bentrokan dengan polisi.
Human Rights Watch dan para dokter yang bekerja di lapangan menyebut banyak diantara korban tewas akibat tembakan di kepala dan dada.
Insiden yang oleh Ikhwanul Muslimin digambarkan sebagai sebuah ”pembantaian” itu terjadi setelah jutaan orang turun ke jalan menunjukan dukungan mereka kepada Menteri Pertahanan Jenderal Abdel-Fattah el-Sissi. Kepala militer itu sebelumnya menyerukan kepada masyarakat untuk memberikan mandat melalui aksi besar-besaran.
Mandat yang dimaksud oleh militer adalah untuk menangani “kekerasan” dan “terorisme” -- sebuah pesan terselubung yang ditujukan kepada para pendukung Mursi yang menggelar aksi protes duduk di Kairo. Kudeta itu sendiri dilakukan menyusul protes berhari-hari oleh jutaan rakyat Mesir yang menuntut Mursi mundur setelah satu tahun berkuasa di Mesir sebagai presiden pertama yang terpilih lewat pemilu demokratis.
Dua tokoh Islamis ditahan
Sejumlah pemimpin Ikhwanul dan tokoh Islamis lainnya telah dipenjara sejak Mursi terguling, dengan dua tokoh dari partai sekutu Ikhwanul yakni Partai Wasat, ditangkap dan dibawa ke penjara Tora pada Minggu malam. Para pejabat keamanan mengatakan bahwa Abul-Ela Madi dan Essam Soltan, ditangkap dengan tuduhan menyebarkan hasutan untuk melakukan kekerasan, saat ditemukan bersembunyi di sebuah kawasan Kairo yang dekat dengan lokasi utama tempat para pendukung Mursi berdemonstrasi.
Mursi sendiri ditahan dan tidak diperbolehkan berkomunikasi oleh militer sejak ia tersingkir. Minggu lalu, jaksa penuntut mengumumkan bahwa mereka telah meluncurkan penyelidikan atas presiden terguling itu atas tuduhan pembunuhan dan berkonspirasi dengan kelompok militan asal Palestina yaitu Hamas untuk melakukan serangan ke penjara selama revolusi tahun 2011 melawan rezim Husni Mubarak. Serangan itu dituduh telah menyebabkan kematian sejumlah narapidana dan memberi peluang melarikan diri bagi Mursi dan sejumlah tokoh Islamis lainnya yang ditahan di tempat itu.
Dalam upaya untuk menengahi krisis itu, wakil Uni Eropa, Ashton berencana menggelar pertemuan dengan kedua belah pihak.
Para Islamis yang dipimpin Ikhwanul Muslimin, yang mendukung Mursi, menolak kepemimpinan baru dan berkeras bahwa satu-satunya solusi adalah mengembalikan Mursi ke kursi presiden. Sementara presiden sementara mendorong adanya sebuah pemilihan umum yang dipercepat pada awal tahun depan.
Dalam pernyataan sebelum tiba di Kairo, Ashton mengatakan akan bicara dengan semua pihak untuk memperkuat bahwa “harus ada proses transisi terbuka, yang melibatkan semua kelompok politik, termasuk Ikhwanul Muslimin.”
ab/ek (afp,dpa,ap)