Kotornya Laut Bali Kembali Disorot Dunia
6 Maret 2018Sebuah video yang diunggah penyelam Inggris, Rich Horner di akun Facebook dan YouTube memperlihatkan air laut di perairan Bali yang dipenuhi sampah plastik. Video ini direkam di lokasi penyelaman Manta Point Nusa Penida.
Dalam postingan di Facebook, tertanggal 3 Maret, Rich Horner menulis, arus laut membawa “hadiah indah“ berupa ubur-ubur dan plankton, dan juga gundukan plastik.
"Kantong plastik, botol plastik, gelas plastik, lembaran plastik, ember plastik, sikat plastik, sedotan plastik, keranjang plastik, kantong plastik, kantong plastik, plastik, plastik," dikatakan Rich Horner, "Begitu banyak plastik!"
Dalam video tampak Rich Horner merekam dirinya berenang diantara sampah. Dalam beberapa bulan terakhir, Bali dibanjiri sampah terutama yang terbawa arus dari Jawa selama musim penghujan.
<iframe width="700" height="394" src="https://www.youtube.com/embed/AWgfOND2y68" frameborder="0" allow="autoplay; encrypted-media" allowfullscreen></iframe>
Setiap harinya, Indonesia memproduksi sekitar 130.00 ton sampah plastik dan sampah padat. Setengah dari jumlah tersebut mendarat di lokasi pembuangan sampah, demikian menurut Yayasan Rivers, Oceans, Lakes and Ecology di Bali. Sementara sisanya dibakar atau diibuang ke sungai atau ke laut .
Rich Horner mengatakan, memang di musim penghujan hujan saat menyelam ia kerap melihat “awan plastik“. Namun yang ditemui ini yang terburuk menurutnya.
Buruknya perencanaan pemerintah dan tingkat kesadaran warga yang rendah tentang limbah dan daur ulang menempatkan Indonesia di peringkat ke-dua setelah Cina dalam daftar negara pencemar plastik terbesar di dunia.
Beberapa waktu lalu, ribuan warga Bali ikut ambil bagian dalam aksi pembersihan, berupaya membebaskan pantai, sungai dan hutan dari sampah, serta juga meningkatkan kesadaran akan dampak berbahaya dari sampah,
Sehari setelah video ini direkam, beberapa penyelam melaporkan bahwa air laut lebih bersih, sampah-sampah telah pergi “melanjutkan perjalanan ke Samudera Hindia“.
yf/vlz (guardian/facebook)