Duterte: Tetap Hormati Hukum Indonesia
14 September 2016Inilah kasus "lost in translation" yang memicu sedikit friksi dalam hubungan dipolmatik Indonesia-Filipina. Presiden Joko Widodo seusai pertemuan dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte akhir pekan silam, menyebutkan ada "lampu hijau" bagi eksekusi terpidana mati kasus narkoba asal Filipina, Mary Jane Veloso.
Pernyataan Jokowi ini kemudian dibantah oleh Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay Jr. Disebutkannya, Presiden Duterte tidak memberikan lampu hijau bagi eksekusi Veloso, melainkan hanya menegaskan komitmennya mengharagi proses hukum di Indonesia.
Duterte tetap tegas berantas narkoba
Dalam jumpa pers di Manila, Presiden Rodrigo "Digong" Duterte kembali mengulangi ketagasan sikapnya dalam pemberantasan narkoba dan dukungan bagi Presiden Jokowi.
"Presiden Jokowi punya hukum yang berlaku, saya juga. Sangat bagus Indonesia punya aturan hukuman mati. Saya katakan, teruskan dan terapkan hukum Anda. Tapi kami tidak membicarakan kasus Veloso. Saya hanya mengatakan, kami akan menghormati putusan pengadilan Indonesia, " tegas "Digong" yang lebih memilih cara "extrajudicial" mendor ditempat bandar narkoba.
Duterte kepada wartawan di Manila juga menegaskan: "Adalah munafik, di saat saya menerapkan tindakan keras terhadap kasus narkoba, tapi di sisi lain saya mengemis sesuatu terkait kasus narkoba. Saya tidak akan meminta maaaf kepada siapapun, karena hukumk tetap hukum."
Sementara itu di Manila, ibu dari Mary Jane Veloso menggelar aksi protes yang didukung aktivis, meminta pembebasan anaknya. Matry Jane Veloso divonis hukuman mati karena terbukti menyelundupkan 2,6 kilogram Heroin ke Indonesia. Veloso lolos eksekusi hukuman mati April silam di menit-menit terakhir, karena kasusnya mendapat peninjauan kembali dikaitkan kasus trafficking. Tapi Kejaksaan Agung tetap menempatkan Mary Jane dalam daftar terpidana mati yang siap dieksekusi.
as/yf(aptn, rtr, Jakarta Globe)