Ebola di Lagos: Antara Panik dan Normalitas
Nigeria termasuk negara Afrika dengan ekonomi kuat. Lagos adalah salah satu kota pusat ekonomi. Juli lalu, kasus-kasus ebola pertama ditemukan. Bagaimana kota metropolitan tersebut hadapi ebola?
Periksa Suhu Sebelum Belanja
Pegawai pemerintah memeriksa suhu tubuh di depan pusat perbelanjaan. Sekarang itu biasa dilakukan di Lagos, walaupun di kota besar itu tidak ada kasus Ebola baru yang dilaporkan. Namun demikian, penyebaran Eboa membuat banyak orang jadi berhati-hati.
Jutaan Orang Terancam
Sekitar 21 juta orang tinggal di Lagos, kota terbesar Afrika. Para pakar memperingatkan, virus itu bisa berkembang sangat cepat di kota yang padat penduduknya. "Bayangkan saja, jika penjual karcis bus tertular Ebola…“, demikian ditulis seorang pengguna Twitter.
Jangan Panik
Pemerintah sudah bisa mengendalikan situasi, kata penasehat kesehatan di negara bagian Lagos, Yewande Animashaun-Adeshina, dalam rangka kunjungan di rumah sakit Mainland. Di situ semua pasien ebola dari Lagos dirawat. Penasehat kesehatan itu khawatir, sebagian besar pegawai rumah sakit menolak merawat pasien ebola.
Virus Mematikan di Tempat Kerja
"Jelas saja kami takut,“ kata Esther Oduwole. Koki itu memasak untuk pasien ebola dan perawatnya. Banyak pekerja rumah sakit tidak datang lagi, setelah pasien pertama pengidap ebola datang.
Hotline Ebola
Tapi yang sukarela ikut dalam penumpasan ebola juga ada. Mahasiswi jurusan kedokteran Hubaidat Olawunmi Tobun (25) menerima telepon 70 kali per hari lewat hotline gratis dan memberi penyuluhan bagi warga Nigeria yang khawatir. Dua kasus ebola ditemukan berkat hotline itu. "Sekarang negara memerlukan saya“, katanya dan menambahkan, "saya ingin memberikan informasi.“
Dukun, Kabar Angin dan Pilihan Tuhan
Penyuluhan penting, karena takhayul menyebar luas. Pendeta Golden Ozor yang memimpin jemaat di pinggiran kota Lagos membuat minuman, yang katanya bisa melindungi orang dari Ebola. "Tuhan memberi saya wangsit untuk resepnya, dan sekarang akan saya bagikan ke seluruh negeri“, katanya. Sekitar 20 orang berkumpul untuk mencobanya.
Cuci Tangan Penting
Di seberang gereja, Emmanuel Abioli berdiri di depan kiosnya dan menggelengkan kepala. "Tentu saja ebola berbahaya, karena belum ada vaksin bagi penyakit itu“, kata pria muda tersebut. Ia mengutamakan hal terpenting untuk melindungi diri dari virus tersebut: sering mencuci tangan dengan sabun.
Desas-Desus Mematikan
Pedagang perempuan di sebelahnya punya pendapat berbeda. "Ebola sebenarnya tidak ada“, katanya. "Jika ada, hanya yang tidak percaya Tuhan yang tertular.“ Percaya takhayul dan kabar angin adalah masalah dalam memerangi penyakit itu di seluruh Afrika Barat.
Pesan Khusus
Oleh sebab itu pemerintah memasang pengumuman dan peringatan di berbagai bagian kota, misalnya di depan toko makanan cepat saji (foto). Pemerintah Lagos menjadikan pembasmian virus sebagai prioritas. Presiden Goodluck Jonathan menyediakan sekitar 136 milyar Rupiah untuk mengatasi masalah itu.
Waspada di Bandara
Seorang warga Liberia membawa virus tersebut Juli lalu. Ia tiba di pelabuhan udara Lagos sudah dalam keadaan sakit, dan meninggal segera setelahnya. Semua orang yang tertular pernah berurusan baik langsung maupun tidak langsung dengan pria itu. Pemerintah Nigeria mendapat banyak pujian karena berhasil dengan cepat mencari dan mengisolasi orang-orang yang berurusan.
Belajar dari Pengalaman?
Nigeria berharap, bisa segera membasmi virus tersebut. Kerusakan imej sudah ada. "Investor asing takut, dan hotel-hotel kosong“, demikian pengamatan Kasumu Garda. Tapi negara itu juga banyak belajar. "Akhirnya kami bersatu untuk selesaikan masalah. Itu juga harus jadi strategi untuk memerangi kelompok teror Boko Haram“, kata Garda.