Ekspor Jerman Terus Meningkat
13 Januari 2014Bulan November lalu, nilai ekspor Jerman sejak bulan Januari menembus angka 1 triliun Euro. Demikian keterangan Kantor Statistik Federal di Wiesbaden. Dalam jangka waktu itu, Jerman mengimpor barang dari luar negeri senilai 828 miliar Euro. Selama empat tahun terakhir, nilai ekspor barang periode Januari-November selalu melampaui nilai 1 triliun. Ini menunjukkan kekuatan produsen Jerman di pasar ekspor.
Selama enam bulan pertama tahun 2013, pasar ekspor sempat menunjukkan kelesuan. Tapi berbagai asosiasi industri di Jerman tetap meramalkan bahwa pasar ekspor akan bangkit lagi, terutama dipicu oleh perkembangan pasar di negara-negara ambang industri dan negara berkembang.
Para eksportir Jerman memandang prospek ekonomi tahun 2014 dengan penuh optimisme. Kamar Dagang dan Industri Jerman DIHK menerangkan, 28% perusahaan di Jerman memperkirakan bisnis ekspornya akan menjadi lebih baik tahun 2014, hanya 7% mengharapkan bisnisnya memburuk.
Pasar Asia dan Amerika Bangkit
DIHK memperkirakan, ekspor tahun 2014 akan meningkat sampai 4%. Optimisme ini terutama karena masa resesi di Eropa akan berakhir. Para eksportir juga optimis pasar di Amerika Serikat akan tumbuh pesat dan menjadi pasar ekspor terbesar bagi Jerman.
Selain itu, perkembangan pasar di Asia juga cukup menjanjikan. Bisnis otomotif Asia, terutama di Cina, akan terus meningkat. Asosiasi Eksportir Jerman BGA juga optimis memandang pasar ekspor. "Nilai ekspor bisa meningkat sampai 3% dan mencapai nilai rekor 1.142 miliar Euro", demikian perkiraan BGA untuk 2014.
Nilai impor diperkirakan mencapai 918 miliar Euro. Berarti, surplus perdagangan bakal mencapai nilai 224 miliar Euro. "Artinya, Jerman akan bisa mempertahankan pangsa pasar 7,5% dari seluruh ekspor dunia", kata Ketua BGA Anton Börner.
Saingan Tidak Tidur
Kuatnya surplus ekspor Jerman beberapa kali dikritik. Karena Jerman dianggap tidak mau mengimpor terlalu banyak barang dan merugikan negara-negara Eropa selatan yang sedang menghadapi krisis. Tapi Anton Börner menolak anggapan itu.
"Surplus Jerman itu bukan didapat dari perdagangan dengan Eropa selatan. Melainkan dengan Asia timur dan Amerika. Kalau dilihat angka-angkanya, di sana terjadi surplus yang terbesar", tandasnya.
Tapi Börner mengingatkan, Jerman harus terus melakukan inovasi untuk meningkatkan daya saing. Sebab para pesaing Jerman, terutama Cina, tidak tidur dan terus bekerja keras. Italia misalnya dalam sepuluh tahun terakhir kehilangan separuh pasar ekspornya. "Jika kita berpikir, kita begitu hebat, begitu inovatif dan kreatif sampai sepuluh tahun depan, itu pemikiran yang salah", katanya.
Negara-negara Asia timur mengejar ketinggalan dengan langkah besar. Cina setiap tahun melahirkan begitu banyak insinyur baru, kata Ketua BGA Anton Börner. Jerman harus berupaya keras, jika ingin mempertahankan kemampuan bersaing.