Ekstremis Indonesia Terima Dana dari Australia dan Suriah
25 Januari 2016Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan berbicara dalam sebuah diskusi soal pertahanan dan keamanan Fullerton Forum di Singapura hari Senin (25/01).
Luhut mengatakan, aparat keamanan pekan lalu mendeteksi sekitar US$ 800.000 yang telah dikirim ke kelompok-kelompok ekstremis Indonesia.
"Kami sekarang sedang melacak... bagaimana mereka (kelompok-kelompok ekstremis Indonesia) mendanai kegiatannya," kata Menko Polhukam.
Dia selanjutnya menerangkan, sekitar US$ 100.000 diketahui berasal dari kota Suriah Raqqa, yang menjadi ibukota daerah kekuasaan ISIS di Suriah dan sekitar US$ 700.000 berasal dari Australia.
Namun masih belum diketahui, darimana uang yang masuk dari Australia itu berasal.
"Saat ini lembaga kami bekerja sangat keras, mencoba untuk memantau aliran pembiayaan ini, karena tanpa pembiayaan, saya pikir mereka tidak bisa bergerak lebih agresif," kata Luhut Panjaitan. Tapi dia tidak memberikan rincian lainnya tentang arus dana para teroris.
Di Singapura Luhut kembali menekankan perlunya kerjasama internasional yang lebih besar, dengan mengatakan tidak ada negara bisa yang bisa melawan ancaman teror sendirian saja.
Ia menerangkan, tukar-menukar informasi antara Indonesia dan Australia dengan Indonesia soala aliran dana, dan jalur khusus komunikasi dengan Singapura adalah "contoh kerjasama yang baik " antara negara-negara untuk penanggulangan ancaman terorisme.
Menko Polhukan Luhut Panjaitan menyatakan, senjata yang digunakan dalam serangan Jakarta varu-baru ini diselundupkan dari pulau Mindanao di Filipina Selatan ke Indonesia lewat kota Poso.
Indonesia dan Singapura menerangkan, aliran dana dan dukungan logistik dari luar negeri membuktikan bahwa kelompok-kelompok teror sudah berkoordinasi secara regional, melampaui batas-batas negara.
"Ada jaringan pembiayaan internasional, dan kita harus mencoba menghentikan dan memotong aliran dana itu," kata Menteri Petahanan Singapura Ng Eng Hen dalam konferensi pers bersama.
"Semakin erat kita bekerja sama, kita akan menjadi semakin kuat. Ini memang pertarungan yang bisa berlangsung beberapa dekade, dan dalam hal ini kita perlu banyak mitra," kata Ng.
Singapura pekan lalu mengungkapkan telah menangkap 27 pekerja konstruksi asal Bangladesh tahun lalu dan mendeportasi 26 dari mereka, karena mendukung "ideologi jihad bersenjata".
"Karena ISIS sudah melakukan kordinasi, kami juga ahrus berkoordinasi. Tidak ada negara yang mampu meminimalisasi resiko sendirian", tandas Ng Eng Hen.
hp/rn (afp, ap)