Eropa Harus Dukung Gerakan Demokrasi
25 Februari 2011Harian Perancis Liberation menyoroti gejolak politik di Laut Tengah dan sikap Eropa. Harian ini menulis:
Beberapa negara di Laut Tengah mengerahkan segala kekuatan untuk menyingkirkan penguasa diktatur. Perubahan besar yang sedang terjadi di kawasan itu bisa dibandingkan dengan keruntuhan Uni Soviet dulu. Lalu apa kata Eropa dan apa kata Perancis tentang gejolak politik ini? Tidak ada reaksi, atau hampir sama sekali tidak ada. Para penanggung jawab politik di Eropa kelihatannya tidak memahami dampak luas peristiwa yang sedang terjadi. Apa yang masih ditunggu Eropa, sampai mereka mau berpihak pada rakyat yang sedang menuntut demokrasi? Apa yang ditunggu Eropa, untuk membantu negara-negara seperti Mesir dan Tunisia, agar bisa bangkit kembali setelah puluhan tahun berada di bawah kekuasan tirani? Mengapa rakyat Libya harus menerima pemerintahan seorang yang mengalami gangguan mental? Jika Eropa mau berorientasi pada nilai-nilainya sendiri, maka ia harus mendukung rakyat yang menuntut keadilan dan kemajuan.
Harian Inggris Times berkomentar:
Di Libya sedang berlangsung perubahan besar, yang akan mengubah peta politik di kawasan ini. Tapi orang mendapat kesan, pemerintah Inggris, yang mendukung hubungan dagang dengan Gaddafi, saat ini sedang cuti. Memang benar, Wakil Perdana Menteri Nick Clegg sedang menjalankan cuti. Adalah kewajiban pemerintah Inggris untuk ikut melindungi rakyat Libya dari kekejaman pemimpinnya yang sedang terdesak. Pemerintah Inggris harus menunjukkan tanggung jawab, dan menjelaskan garis politiknya. Inggris harus menerangkan pada Gaddafi, bahwa era kekuasaannya sudah berakhir, lalu mendampingi dia meninggalkan negaranya. Jika ia menolak, Inggris harus mendukung rakyat untuk menggulingkannya.
Harian Swedia Dagens Nyheter menyoroti masalah pengungsi dari Afrika Utara dan menulis:
Sampai sekarang hanya sekitar 5000 pengungsi Tunisia yang mencapai Eropa dengan perahu. Jika perkembangan di Afrika Utara bergerak ke arah yang benar, arus pengungsi ini mungkin berbalik. Kebanyakan pengungsi hidup tidak layak dan mengalami diskriminasi serta rasisme. Kembali ke sebuah negara yang demokratis, bagi mereka adalah impian, bukan ancaman. Seharusnya Eropa menerima lebih banyak pengungsi, yang ingin datang ke sini. Negara-negara Uni Eropa punya perbatasan luar bersama. Itu sebabnya, mereka harus saling membantu. Jika hanya Italia yang terpaksa menerima pengungsi, situasinya bisa menjadi sangat buruk.
Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung menilai, Amerika Serikat terlalu menahan diri menghadapi Libya. Harian ini menulis:
Wakil-wakil pemerintah di Gedung Putih menerangkan, mereka khawatir dengan keselamatan warga Amerika Serikat di Libya. Mereka takut, rejim yang sudah putus asa bisa menahan warga Amerika sebagai sandera. Alasan lain mengapa Amerika Serikat menahan diri adalah, menurut berbagai laporan media Libya masih punya senjata kimia. Menurut sebuah perjanjian dengan pemerintahan Bush, Libya seharusnya memusnahkan senjata kimia ini. Itu memang dilakukan, tapi baru sebagian saja. Washington sekarang khawatir, senjata ini bisa digunakan, atau jatuh ke tangan yang salah.
Hendra Pasuhuk/dpa/afp
Editor: Nangoy